Secara normal setiap manusia butuh dihargai. Kecuali manusia itu abnormal atau sudah tersadarkan. Maka yang namanya penghargaan itu hanya halusinasi.
Selama keberadaan di Kompasiana dua tahun lebih. Saya dapat melihat satu persatu teman seangkatan menghilang dari peredaran.
Tentu banyak alasannya. Namun ada satu yang satu temukan. Apa itu? Penghargaan. Mereka merasakan kurang dihargai keberadaannya di Kompasiana.
Daripada bikin sakit hati, lebih baik pergi.
Awalnya saya bertanya-tanya. Sebenarnya mau dihargai berapa sih? Kok penting banget sih dihargai?
Lama-lama saya merasakan sendiri. Ternyata tidak dihargai itu memang melahirkan rasa kecewa dan sedih.
Bagi seorang penulis yang tidak mendapatkan imbalan materi. Sebuah penghargaan itu dapat menjadi suntikan motivasi.
Salah satu penghargaan itu adalah menempatkan tulisan pada kolom HL (dan Terekomendasi).
Tetapi sebaliknya bila terlalu dihargai pun sebenarnya dapat menimbulkan rasa risih.
Seumpamanya menempatkan tulisan seorang penulis selalu HL atau Terekomendasi. Saya yakin, bagi yang punya rasa malu. Pasti merasa tidak enak hati.
Sebenarnya terbersit juga keinginan untuk dihargai minimal seminggu sekali tulisannya bisa masuk HL atau Terekomendasi.
Hitung-hitung bisa menambahkan gairah menulis. Tapi saat-saat merenungi nasib tulisan yang apes karena jarang bangeeeeeet dijadikan HL dan Terekomendasi.
Ada semacam suara yang menegur dan mengingatkan. "Sobat, seharusnya kamu bersyukur tulisanmu jarang masuk HL dan Terekomendasi."