Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

PemangkaT

24 Maret 2012   05:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:33 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu PEMANGKAT? Apakah sejenis makanan atau pangkat? Mungkin ada tanya yang hadir tatkala membaca tulisan ini. Karena mungkin ada yang baru pertama kali menemukan kata "PEMANGKAT" ini.


Jangan bingung. PEMANGKAT adalah sebuah kota yang berada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Dengan luas sekitar 284 kilometer persegi. Penghuni mayoritasnya adalah etnis China dan Melayu. Sebagian lagi etnis Dayak dan Madura.


Mau menulis tentang sejarah Kota PEMANGKAT nih? Tentu saja tidak. Karena jujur tidak banyak yang saya ketahui. Tapi saya hanya ingin mengatakan, PEMANGKAT adalah tempat kelahiran saya 41 tahun yang lalu.


Itulah sebabnya di KTP saya PEMANGKAT selalu tercantum sebagai tempat kelahiran. Tak mungkin saya lupakan. Karena itu adalah kampung halaman saya.


Setiap dari kita pasti memiliki tempat kelahiran. Itu adalah tempat asal kita. Bila suatu hari kita pergi merantau ke manapun, bahkan ke ujung dunia.


Tetapi pasti akan selalu teringat kampung halaman. Sebab itu pada kesempatan tertentu kita akan pulang alias mudik untuk bertemu orangtua dan saudara.


Sebagai manusia, tentu kita tidak boleh begitu saja lupa dengan asal-usul di mana orang tua kita berada. Minum air harus ingat sumbernya.


Tubuh kita memiliki tempat asal. PEMANGKAT adalah tempat di mana fisik ini dilahirkan dari seorang ibu.


Lalu bagaimana dengan non-fisik saya, jiwa? Dari manakah berasal? Sebagaimana fisik, pasti jiwa memiliki kampung halamannya.


Sampai pada suatu hari, saya menemukan sebuah jawaban. Bahwa jiwa atau roh suci yang berdiam dalam tubuh ini berasal dari surga. Pecahan dari Maha Roh Suci Sang Pencipta.


Kalau kemudian saya meyakini kebenaran ini, saya katakan hal ini bukanlah sebuah keyakinan buta. Tapi menggunakan akal yang waras dan sadar.


Konsekwensi, seperti halnya tubuh kita ini yang melakukan mudik pulang kampung. Itu artinya jiwa ini semestinya juga pulang kampung untuk sungkeman dengan "Ibunda Suci" atau "Bapak Semesta Alam". Itulah sebabnya seseorang yang meninggal dunia dikatakan "berpulang".


Sekadar menyadari bahwa jiwa ini berasal dari surga dan pada waktunya harus kembali ke sana tidaklah cukup. Ada prosedur dan syarat yang harus dipenuhi. Apa pilihan "jenis transportasi" yang kini pilih.


Apakah kita sudah memiliki "ongkos" yang memadai untuk sampai ke tujuan? Tentu kita masing-masing yang perlu memikirkannya mulai saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun