Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melekat

22 Maret 2012   04:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MELEKAT pada segala yang berwujud itu adalah penderitaan. Begitu banyak manusia yang terjerat dalam ke-MELEKAT-an dan tak bisa melepaskan.
#
Apabila ada baju yang MELEKAT pada tubuh, pasti akan terasa enak dipandang. Karena adanya kulit yang MELEKAT pada daging, maka tubuh terasa nyaman dan dapat merasakan sensasi sentuhan.

Bila sepasang kekasih duduk saling MELEKAT pasti sejuta rasanya. Tak ingin berpisah. Ingin MELEKAT terus berduaan selamanya.

Sepasang kekasih bisa selalu MELEKAT, hidup ini begitu indah dan bahagia. Lupa segalanya.

Kalau ada uang yang selalu MELEKAT di kantong celana. Pasti setiap hari dunia terasa indah. Mau apa-apa tinggal beli. Tidak pusing tujuh keliling.

Namun semua kenyamanan, keindahan, dan kesenangan akan berganti menjadi ketidaknyamanan, kegelisahan dan penderitaan. Ketika kita MELEKAT pada baju, kulit, wujud kekasih, dan uang.

Ketika sesuatu yang berwujud itu kita MELEKAT padanya, maka timbullah ke-MELEKAT-an. Tanpa kita sadari, itulah awal penderitaan hidup.

Kita demi sepotong baju yang fungsi utamanya sesungguhnya untuk menutupi tubuh demi kesopanan. Untuk menghindari dari panas dan dingin.

Pada kenyataannya demi untuk memuaskan rasa dan selera. Bukan lagi pakaian MELEKAT pada tubuh. Tapi kita yang MELEKAT pada pakaian.

Akhirnya urusan pakaian menjadi hal yang merepotkan. Menjadi masalah besar. Karena MELEKAT pada bentuknya.

Karena adanya kulit yang MELEKAT pada daging di tubuh, maka terasa nyaman. Seiring berjalannya waktu timbullah ketidaknyamanan. Karena bukan lagi urusan kulit MELEKAT pada daging. Tapi kita yang telah MELEKAT pada kulit atau pada fisik.

Karena MELEKAT pada kulit, membuat kita takut kehilangannya suatu saat. Ke-MELEKAT-an menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika secara pelan tapi pasti mengalami perubahan. Kering dan keriput. Terjadi pada sekujur tubuh.
Inipun melahirkan penderitaan pada akhirnya.

Tatkala sepasang kekasih saling MELEKAT melahirkan kebahagiaan. Tetapi ketika ke-MELEKAT-an terjadi. Lagi-lagi mendatangkan kesusahan dan penderitaan.

Ada ketidakrelaan saat berpisah. Ada rasa sakit hati manakala ada yang menyakiti. Ada duka yang perih saat ada yang harus pergi selamanya.

Apa yang harus di-MELEKAT-i? Karena segala yang berbentuk. Termasuk tubuh ini adalah palsu. Bukan milik kita yang sesungguhnya.

Ke-MELEKAT-an pada semua yang berwujud akan melahirkan penderitaan. Bisa melepaskan, itulah kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun