Luar biasa bukan? Setiap hari saya baca dan baca. Saat hendak marah. Cepat-cepat saya membaca kalimat mantra itu.
Lumayan. Bisa bertahan.
Berapa lama? Sebulan dua bulan. Bulan ke tiga tahu-tahu penyakit marahnya kumat. Begitulah dengan perilaku buruk lainnya. Mengalami nasib yang tak jauh berbeda.
Saya pikir tidak perlu dipaparkan di dalam tulisan ini. Apa sebab? Terlalu banyak dan memalukan jagat raya!
Sungguh ini adalah penyakit dan kebodohan kebanyakan manusia atau tepatnya oknum manusia. Punya penyakit abadi yang namanya KUMAT.
Mungkin juga kita pernah sampai bertobat atau bersumpah untuk melakukan perbuatan buruk yang telah kita lakukan.
Namun belum setahun kita sudah KUMAT melakukan perbuatan yang telah kita sumpahkan untuk tidak melakukannya lagi.
Mengapa begitu berat kita untuk tidak melakukan hal yang sama atau terjatuh dalam lubang kesalahan yang sama?
Yen Hui, seorang murid kesayangan Konfusius adalah salah satu manusia yang sanggup untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dalam hidupnya. Tidak memiliki penyakit KUMAT. Untuk itu Konfusius sangat memuji Yen Hui.
Sanggupkah kita menjadi manusia yang tidak memiliki penyakit KUMAT?
Yang jelas, pasti perlu memiliki tekad yang berlipat-lipat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H