Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PantaT

19 Maret 2012   02:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:50 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332123771532673779

PANTAT. Bicara soal bagian tubuh yang satu ini selain bikin risih, bisa membuat mata berseri-seri.

PANTAT atau bokong lebih menjadi topik bagi para lelaki. Dimana biasanya para lelaki melihat wanita dari belakang, yang menjadi pusat perhatian pasti bagian PANTAT. Karena itulah yang menarik dan bikin mata berseri-seri. Betul, tidak?

PANTAT sekarang ini semakin menjadi konsumsi menarik bagi mata para lelaki. Karena wanita masa kini memang suka _maaf_ pamer PANTAT.

Tidak percaya? Coba buktikan dengan berdiri di mall atau halte. Hitung berapa banyak yang pameran PANTAT.

Bagian atasnya boleh tertutup rapi dan feminin. Enak dilihat. Menyejukkan mata.
Tapi bagian pinggang ke bawah umumnya dibalut celana ketat. Otomatis lekuk-lekuknya tercetak persis.

Apalagi bagian PANTAT. Jadi sangat sensasional. Sebenarnya semakin enak dilihat sih. Tapi bikin mata gerah.
Itu baru dari belakang. Bayangkan. Bagaimana dari depan?

Inilah yang menjadi kekinian konsumsi saya. Celaka! Tapi mau tidak mau. Ha ha ha ...

Karena di tempat kerja sekarang 80 persen adalah wanita. Berumur rata-rata 18 sampai 30-an. Kebanyakan dari kampung sekitar orangnya.

Sebagian besar masih taat mengenakan pakaian muslimah. Tapi cuma bagian atas saja. Bagian bawah hampir semua memakai jean ketat, sehingga PANTAT terbungkus bulat.

Loh kok jadi pengamat PANTAT? Bukan pengamat sih. Cuma saya tidak ada pilihan untuk tidak melihat PANTAT.

Pilihannya adalah iman saya kuat atau jadi bejat karena berpikir terus soal PANTAT. Terjerumus dalam kemaksiatan gara-gara PANTAT.

Kadang memang tak habis pikir. Mengapa sekarang pamer PANTAT menjadi tren. Entah para pelakunya sadar atau tidak. Jangan-jangan cuma sekadar korban mode. Kasihan amat.

Seringkali akal picik saya berpikir. Kok mau-maunya ya memakai celana demikian ketat? Apa tidak repot dan menyusahkan? Tak habis pikir. Saya saja tak berselera memakainya.

Tak salah bila ada yang mengatakan, bahwa manusia sering mencari penyakit. Karena dengar-dengan akibat sering mengenakan celana ketat bagi wanita bisa menimbulkan gatal-gatal pada organ kewanitaan.

Kemungkinan besar juga bisa membuat kegatalan pada organ kepriaan. Jangan ketawa. Ini serius!

Lebih serius lagi. Lebih baik saat ini saya memikirkan PANTAT sendiri yang mulai mengendor karena jarang berolahraga dan dimakan usia. Buat apa memikirkan PANTAT orang. Betul, kan?

[caption id="attachment_177142" align="alignnone" width="265" caption="ilustrasi: freedigitalfhotos.net "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun