Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Salah Kunci, Tampaklah Kebodohanku

12 Agustus 2011   00:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sungguh, sebuah kunci bisa membuat dirimu tampak bodoh ketika salah dimasukkan pada tempatnya dan hal itu sungguh mendatangkan banyak makna!

#

[caption id="attachment_128513" align="alignleft" width="210" caption="buka dong kuncinya...//surabaya.detik.com"][/caption]

Seperti malam-malam sebelumnya, sebelum tidur saya akan bergegas menggembok pintu pagar. Setelah itu mengunci motor dengan gembok, agar lebih aman karena tidak dimasukkan ke dalam rumah.

Malam itu sungguh aneh, karena setelah dengan lancar mengunci pintu pagar, saya mengalami kesulitan untuk membuka gembok yang menggantung di motor. Padahal malam sebelumnya tidak ada masalah.

Saya berpikir mungkin sudah berkarat, lalu saya berikan oli ke dalam lubang. Tetapi gembok tetap tidak bisa terbuka. Setelah lebih teliti saya perhatian karena agak gelap saat itu.

Ternyata anak kunci tidak bisa masuk ke dalam semuanya. Spontan saya berpikir, kemungkinan ada yang iseng memasukkan sesuatu ke dalam kunci, sehingga sulit terbuka.

Keringat mulai mengucur dan membasahi tubuh. Tegang dan mulai kebingungan.

Saat pikiran saya hendak melayang lebih liar lagi, seketika saya sadar. Ternyata anak kunci yang saya gunakan adalah anak kunci pagar, bukan anak kunci untuk motor saya.

Spontan saya tertawa sendiri dan bergumam,"Pantasan gak buka!"

Jadi malu sendiri, karena pikiran saya sudah melayang kemana-mana dengan perasaan curiga. Padahal kesalahan ada pada diri sendiri. Semua itu terjadi karena pikiran saya tidak jernih dan melakukan sesuatu hal kurang konsentrasi.

Saya benar-benar merasa tampak bodoh ketika itu bagi diri saya sendiri. Mengapa saat pertama kali tidak bisa membuat kunci saya tidak segera mencari kesalahan pada diri sendiri terlebih dahulu?

Bukannya menyalahkan kuncinya yang mungkin sudah berkarat dan mencurigai seseorang telah memasukkan sesuatu, sehingga kunci itu tidak bisa dibuka.

Padahal nyata-nyata semuanya adalah kelalaian saya yang salah memasukkan anak kunci. Seharusnya saya yang bertanggung jawab bukannya malah sibuk mengkambinghitamkan sesuatu atau orang yang tidak tahu apa-apa.

Demikianlah hal ini seakan telah terpersepsi dalam kebanyakan pikiran kita selama ini. Saya pikir ini adalah kesalahan atau sebuah persepsi yang patut untuk kita ubah, agar pikiran kita tidak suka-sukanya berulah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun