Seperti kata Kak G,"Apa gunanya bila kritikan itu menimbulkan sensi dan tidak diterima, selain dianggap sebagai penghinaan?"
Saya kira ada baiknya kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri. Mengapa kritikan saya tidak bisa diterima? Adakah yang salah cara saya dalam mengkritik?
Mengapa kritikan saya menimbulkan reaksi keras?
Sebagai seorang pengkritik yang baik dan memiliki niat baik. Tentu kita akan belajar banyak dari pengalaman.
Dalam mengkritik, menurut saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kritikan tersebut menjadi bernilai.
Ada beberapa "JANGAN" yang perlu dihindari.
1. JANGAN MEMBANDING-BANDINGKAN
Setiap manusia memiliki ego, besar atau kecil di dalam dirinya. Bila keegoannya terganggu, maka akan ada perlawanan.
Dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, maka hal itu sangat mengganggu. Akan merasa tidak nyaman.
Jadi, mengkritik seseorang dengan membanding-bandingkan dengan orang lain adalah cara kritik yang kuno. Kemungkinan besar akan mendapatkan perlawanan.
2. JANGAN MEMBABI BUTA
Tentu tidak adil dan bijak, bila kita mengkritik seseorang semuanya tidak baik. Bagaimanapun setiap orang pasti memiliki sisi baik.
Bila sampai kita mengkritik tulisan orang lain sebagai sampah. Tentu sangat berlebihan dan menghina. Karena hal ini menandakan kita hanya bisa melihat sisi buruk saja. Padahal kalau kita mau jujur, pasti ada sisi baik yang bisa kita nilai.
3. JANGAN ASAL TERIAK dan MENYAMARATAKAN
Sekali lagi mengkritik dengan baik memang mudah. Kalau asal teriak dan membuat orang sensi tentu lebih mudah.
Bila kita berteriak bahwa semua tulisan fiksi di Kompasiana adalah sampah dan basi. Tentu bisa dikatakan asal teriak. Karena Kompasiana memang bukan media berkumpul penulis-penulis yang sudah jadi.