Tiba-tiba entah dapat kekuatan dari mana. Saya lantang menyahut,"Pak, masak sih cuma gara-gara kaca spionnya lepas harus ditilang?"
"Alasan klasik kamu!" tegur Pak Polisi.
"Bukan alasan, Pak. Tadi tiba-tiba terlepas. Saya mau cari bengkel benarin. Tapi belum ketemu. Kalau bapak gak percaya bapak lihat aja sendiri." suara saya masih lantang. Padahal biasanya ketakutan kalau berurusan dengan polisi.
"Yang benar ajalah, Pak. Cuma gara-gara kaca spion lepas harus ditilang?!" saya protes keras.
Akhirnya Pak Polisi itu menyerah dan mengembalikan surat-suratnya. "Ya, udah jalan sana."
Begitu suratnya sudah ditangan saya langsung ngacir. Mengambil motor yang ada di seberang jalan. Ternyata yang Pak Polisi yang menilang saya masih ada di tempat.
"Sudah beres?" tanyanya senyum-senyum.
"Sudah, Pak." sahut saya tanpa ekspresi. Karena yang terpikir, saya ingin cepat-cepat kabur.
Ada perasaan girang, karena saya berhasil mengerjai polisi itu. Soal plat nomor yang dianggap melanggar peraturan tidak diketahui Pak Polisi yang berada di pos.
Namun saya juga merasa bersalah. Mungkin gara-gara ulah saya kedua polisi itu salah paham dalam urusan "pembukuan" hasil tilang hari itu ha ha ha...
Maaf, maaf, maaf