"Cilaka, cilaka, cilaka tiga belas, Sobatku."
Dunia serasa gelap dan aku terlelap dalam dekapan. Aku tak bisa apa-apa pasrah pada nafsu. Batin hanya bisa merasakan,"Penyesalan".
Demikianlah terjadi penyesalan demi penyesalan. Sampai suara malaikat semakin lemah. Setan tertawa terbahak-bahak pada akhirnya. Kiamat semakin dekat.
Namun, aku tidak boleh kalah oleh nafsu sebelum kiamat. Aku masih memiliki kesadaran.
"Terlambat Bro..."
"Tidak ada kata terlambat, Sobatku!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H