Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Wanita, Setan, dan Malaikat

9 November 2011   18:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Tapi itu tidak sesuai kebenaran. Kamu boleh menasehati Marni. Kamu adalah pria yang baik. Tidak boleh memanfaatkan kesempatan. Itu urusan rumah tangga orang lain. Itu kehidupan rumah tangga mereka. Biar mereka yang menjalani. Kalau mau bantu. Nasehati keduanya."


"Huiiiii ... Jangan sok deh bawa-bawa kebenaran. Lihat dong ini jaman apa? Ini jaman abad-21. Modern Bro... Kebenaran sudah tidak berlaku lagi."


"Ini adalah masalah moral etika, Sobatku. Kebenaran itu sejak awal jaman dulu sampai jaman sekarang. Kebenaran tetap kebenaran. Lupakan Marni. Jangan rengut dia dari suaminya."


"Jangan ragu-ragu, Bro... Jadikan Marni milikmu!"

"Ah, sudah, sudah. Aku mau tidur dulu. Aku lelah."


"Jangan di sini, Mas. Kita cari tempat yang tenang ya."


Kendaraan yang dikemudikan sendiri Marni ternyata berhenti di sebuah hotel.


"Sssstt, ini kesempatan baik, Bro... Gunakan sebaik-baiknya."


"Tunggu, tunggu, Sobatku. Ini pasti jebakan.

Terkejut aku mendengar dering telepon selulerku. Ternyata dari Marni. Dengan tangis yang tertahan, Marni bermaksud ingin bertemu aku hari ini.


"Mas, ada yang ingin kubicarakan denganmu." itu yang diutarakan Marni saat bertemu dengannya disebuah restauran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun