Seperti layaknya sebuah sinetron, para pemerannya hidup dalam kemewahan dan tidak jauh dari urusan cinta. Perebutan kekuasaan, wanita, dan harta.
Para pembuatan sinetron hanya menghadirkan sebuah cerita untuk mendapatkan uang. Karena tujuannya memang tiada lain adalah bisnis. Masalah moral dan makna yang hendak disampaikan seperti layaknya sebuah cerita adalah urusan belakangan.
Tak heran, para pemerannya pun berperan seadanya karena harus kejar tayang. Selain itu para penonton memang tidak begitu memperhatikan. Karena sudah terbuai dengan cerita khayalan dan kemewahan yang ditawarkan.
Kalau dipikir antara panggung sandiwara dan sinetron memang tidak jauh berbeda. Hanya cara mengemasnya saja yang membedakan antara berkelas dan tidak.
Jadi jangan mengharapkan sebuah kisah yang bermutu dari kebanyakan sinetron ala Indonesia dan bintang yang berkarakter untuk meraih Piala Citra.
Mungkin kita sering menertawakan sinetron ala Indonesia yang hanya begitu saja, padahal kita sendiri pun menjalani hidup ini seperti layaknya bermain sinetron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H