Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humor

Abu Nawas Naik Mercy di Negeri Mimpi

3 Agustus 2011   04:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi pada akhirnya, diketahui juga, Abu Nawas tidak berbeda yang pejabat lainnya yang memiliki gengsi.

Demi untuk penampilan sebagai ketua, ia rela meminjam mobil Mercy temannya untuk ke sana-sini.
Gengsi dong sebagai ketua mobil yang digunakan rakyat biasa apalagi naik taksi.

Pejabat di negeri mimpi memang gengsinya tinggi-tinggi, tapi tidak perlu malu hati bila berhubungan dengan yang namanya kolusi dan korupsi.

Negeri mimpi, dimana kini rakyatnya hanya bisa bermimpi untuk memberantas korupsi yang sudah menjadi penyakit yang mematikan.

Lembaga yang sudah bekerja dan banyak menjebloskan para koruptor saja hendak dibubarkan. Sedangkan lembaga penegak hukum yang jelas-jelas menjadi sarang koruptor dibiarkan. Kalau saudara-saudara yang punya akal sehat pasti akan kebingingan _maaf, akal saya sedang tidak sehat, sehingga bingung menulis kebingungan menjadi kebingingan!.

Kepedulian pejabat di negeri mimpi memang jauh dari impian. Mereka rela naik Mercy sambil melihat rakyatnya tidur kedinginan di atas trotoar pada malam hari.

Bila ada pejabat yang rela jalan kaki, tak lebih sebagai kesempatan untuk sekadar mencari simpati. Berbaik hati kesana-kemari tanpa ketulusan tak lebih untuk pencitraan diri.
Mereka lebih pintar menebar mimpi-mimpi imajinasi yang sulit jadi kenyataan demi untuk mengambil hati rakyatnya.
Bila janji tak terpenuhi maka dengan enteng akan membela diri,"Namanya juga mimpi, bisa jadi kenyataan bisa tidak. Lebih baik kita bermimpi lagi!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun