Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Tuhan Tuli, Buta, dan Tidak Punya Hati?

2 Agustus 2011   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bila kita masih memiliki hati perhitungan dan keluh-kesah pada Tuhan, selayaknya kita segera berintrospeksi dan membersihkan hati.

#
Seorang umat beragama dan percaya Tuhan sudah puluhan hidup dalam ketaatannya.
Setiap hari berdoa dan menjalankan perintah Tuhan. Suka menolong dan berbuat baik kepada sesama.

Walau sudah taat hidup dalam kebajikan dan tiada henti berdoa, kehidupan ekonominya tidak berubah dan keluarganya sering mengalami sakit-sakitan.

Teman-teman seangkatannya yang tidak taat pada Tuhan pun bisa hidup berkecukupan. Punya ini-itu, sedangkan dirinya hanya tinggal di rumah peninggian orangtuanya dan hidup pas-pasan.

Bekerja keras dan setia pada perusahaan tapi kedudukannya tidak pernah beranjak juga. Masih tetap jadi pegawai biasa. Temannya yang rajin korupsi saja sudah diangkat jadi manager.

Hadir beribu tanya suatu hari, sehingga umat ini menumpahkan keluh-kesahnya dalam doa.

"Tuhan, apa Engkau tuli sehingga tidak dapat mendengar doa-doa yang keluar dari mulutku selama ini? Aku tiada bosan meminta kepadaMu, tetapi tidak ada yang Engkau penuhi. Keluargaku tetap saja hidup dalam kekurangan."

"Tuhan, apakah Engkau juga buta, sehingga tidak bisa melihat kebaikan yang aku lakukan untuk membantu sesamaku sesuai yang Engkau perintahkan? Tapi mengapa Engkau tidak mau menolongku saat dalam kesusahan?"

"Tuhan, apakah Engkau tidak memiliki hati, sehingga Engkau tega membiarkan keluarga terkadang harus menderita karena tidak dapat memenuhi apa yang kami inginkan?"

"Tuhan, sungguh aku lelah berdoa dan berharap kepadaMu lagi karena sia-sia. Yang tidak berdoa saja bisa hidup kelimpahan. Di mana keadilan dan janjiMu?"
Puluhan tahun dalam ketaatannya, tapi hari ini menghadirkan tanya ketidakpuasan dan ketidakpercayaan. Sungguh sayang.
Bila ketaatan yang ada tidak menghadirkan rasa syukur, maka keluh-kesah dan hati perhitungan yang ada.

Kalau hati perhitungan masih ada dalam ketaatan, maka penderitaanlah yang menjadi imbalan.
Karena hubungan kita dengan Tuhan bukanlah untuk berdagang.

Ketaatan kalau hanya untuk mengharapkan rejeki dan harta yang melimpah apalah artinya.
Kalau berbuat baik hanya semata untuk berharap mendapatkan kebaikan juga, itu bukanlah ketaatan namanya.

Namun sesungguhnya, apapun itu yang kita lakukan dalam hidup pasti akan ada balasannya. Hanya tergantung waktunya kapan berbuah untuk kita petik.

Jadi, sesungguhnya bukan Tuhan yang tuli, buta, dan tidak punya hati, tetapi kita sendiri yang tuli, buta, dan tidak punya hati untuk memahami hakekat kebenaran.

Bila masih ada keluh-kesah dan tanda tanya tentang keadilan Tuhan, segera benarkan pandangan dan bersihkan hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun