Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mita, Merelakan Suaminya Menggandeng Wanita Lain di Depan Matanya

15 Juni 2011   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mita tertawa dari balik teleponnya saat kutanyakan kabarnya.
"Lumayan, sudah bisa tertawa!" Sahutku.

"Tapi keadaan belum berubah, cuma saya yang berusaha berubah!"Tutur Mita dan suara tawa masih mengiringi.

"Belum berubah gimana? Maksudnya?" Kejarku lagi.

"Ya, dia masih suka membawa-bawa perempuan seperti dulu. Tidak berubah juga, biar saya yang berubah dan tidak mau terlalu memikirkan kelakuannya lagi!" Terdengar begitu pasrah dan ikhlas suara Mita.

"Anggap saja ini adalah cobaan. Bukankah Tuhan tidak akan mencobai umatnya melebihi kemampuannya. Sekarang kamu masih bisa tertawa, berarti masih kuat, makanya terus dicoba!" Perkataanku itu membuat kami tertawa lepas.

"Habis kalau mau nangis dan marah juga tidak ada gunanya. Malah kita yang capai sendiri!" Mita menarik nafasnya.

Karena aku tahu Mita beragama Buddha, maka aku mencoba sedikit bijak untuk memberikan sedikit nasehat sebagai sahabat baik.
"Mit, anggap saja apa yang kamu alami saat ini adalah karma kehidupan yang harus kamu terima. Anggap saja ini adalah hutang yang harus kamu bayar pada suamimu. Terima sajalah, kalau sudah waktunya pasti akan berlalu badai ini."

Aku menarik nafas dan berusaha memahami keadaan Mita yang ada di seberang.

"Aku kira, mungkin kamu sudah sering mendengar perkataan ini, tetapi tak ada salahnya untuk menyelami!"

"Iya, Bang. Seperti saya bilang, saya sudah pasrah dengan kelakuannya yang suka membawa-bawa wanita. Sekarang saya lebih fokus mengurus anak-anak saja. Itu lebih penting bagi saya daripada mengurus kelakuannya." Suara Mita terdengar begitu tabah.

Begitulah sahabatku Mita harus menerima kenyataan menghadapi kelakuan suaminya yang setahun terakhir ini lebih sibuk berpacaran dengan wanita lain.
Pertengkaran hanya membuat Mita lebih terluka dan lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun