"Itu, tuh patung kuda lautnya!" Kata keamanan itu lebih tegas lagi.
Masih dalam keadaan sok pintar saya memprotes,"Itu kan bukan patung kuda tapi kuda laut, Pak!"
"Iya, memang kuda laut! Jelas Bapak keamanan itu dengan sabar.
"Oh, iya ya?!" Saya mengangguk-ngangguk.
Tampang saya langsung kelihatan bodohnya. Jelas saja saya tidak bertemu yang namanya patung kuda, karena dalam bayangan saya saat mendengar patung kuda adalah seekor kuda pacuan yang berdiri sambil berjingkrak dengan gagah. Bukannya seperti kuda laut yang kecil dan membungkuk.
Setelah kejadian itu saya jadi senyum-senyum sendiri sepanjang jalan memikirkan kebodohan yang baru saja saya alami. Gara-gara patung kuda saya jadi begitu bodohnya. Padahal maksudnya patung kuda, bukankah bisa saja termasuk kuda laut, kuda nil ataupun kuda lumping.
Kenapa saya begitu keras kepala memahami kuda itu hanya sebagai kuda pacuan saja. Bodohnya saya! Saya rela ditertawakan atas kejadian ini dan tidak akan mempersalahkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H