Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita Penghibur Itu Menulis di Kompasiana!

5 Juni 2011   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebut saja namanya Dewi, tentu ini bukan nama asli. Kini berumur kurang lebih 28, tahun. Benar-benar seorang wanita muda, cantik, dan seksi. Rambutnya sebahu dan ramah. Senyumnya aduhai. Setiap mata pria dipastikan akan terpana saat memandangnya.

Pernah mengenyam pendidikan disebuah perguruan tinggi, walaupun tidak sampai tamat. Karena orangtuanya di kampung tidak sanggup lagi membiayai. Usaha orangtuanya mengalami kebangkrutan.

Sebenarnya dengan penampilan dan pendidikannya, Dewi dengan mudah untuk mendapatkan pekerjaan di kantoran.
Namun ketika itu Dewi mendapat tawaran menarik untuk menjadi SPG dari sebuah perusahaan otomotif pada kegiatan di PRJ.

Berawal dari kegiatan itulah kemudian Dewi berkenalan dengan rekan satu standnya yang bernama Ira.
Ira ternyata bukan hanya bekerja sebagai SPG, tetapi juga punya pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.

Menjadi SPG justru dijadikan sebagai kesempatan untuk mencari bos-bos yang haus kehangatan dari seorang wanita.
Selain mempromosikan produk yang dijual, Ira tak jarang menggunakan kesempatan untuk menggoda para pria berkantung tebal.

Begitulah, akhirnya Dewi terjerumus menjadi wanita panggilan demi mendapatkan uang banyak untuk membantu kehidupan keluarganya. Walaupun dengan berat hati profesi itu dilakoninya. Namun, lama-kelamaan terbiasa juga.
Demi tuntutan kebutuhan hidup, Dewi seakan rela menjalani profesinya.

Sebenarnya ketika saat masih sekolah dan kuliah, Dewi suka sekali menulis tentang berbagai hal. Dari catatan harian, cerpen sampai puisi.
Tetapi kini, walaupun menjadi wanita penghibur, Dewi masih menyempatkan diri untuk mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan.

Dewi memiliki blog "Catalan Seorang Wanita Panggilan" dimana ia bebas mengungkapkan isi hatinya untuk mengisi waktu senggang dan melepaskan beban.

Hingga pada suatu hari secara kebetulan ia menemukan media sosial bernama Kompasiana dan menjadi anggota.
Dewi mendaftar dengan menggunakan nama "Si Manis Aja" dan tentu saja tidak menggunakan foto profil asli dirinya. Ia memasang foto profilnya dengan menggunakan gambar mawar merah.

Sebagai penghuni lama di Kompasiana yang selalu memperhatikan kehadiran anggota baru, aku begitu tertarik dengan kehadiran Si Manis Aja.
Melalui tulisan pertamanya yang berjudul "Beginilah Aku" terkesan Dewi adalah wanita yang jujur apa adanya.

Setelah saling menambahkan menjadi teman, akhirnya kamu banyak berhubungan di belakang layar dan menjadi akrab.
Begitu banyak cerita yang terjalin. Sampai kemudian ia mengungkapkan dengan apa adanya siapa dirinya, bahwa ia seorang wanita penghibur.

Awalnya tentu aku tidak percaya dengan ceritanya. Namun kemudian aku harus mau menerima kejujurannya.
Memang apa salahnya berteman dengan seorang wanita penghibur?!
Memang apa salahnya wanita panggilan menulis di Kompasiana?!

"Setan" dan "Hantu" serta "Keranda Mayat" saja boleh, apalagi seorang wanita penghibur yang masih berbentuk manusia.
Mungkin juga ada koruptor yang menjadi kompasianer, padahal seharusnya mereka ada di penjara ha ha ha
Toh tidak dilarang menjadi penghuni Kompasiana.

Selama berteman dengan Dewi dan mengetahui profesinya, aku tidak menganggapnya sebagai wanita penghibur. Aku tetap memandangnya seorang wanita yang kebetulan sedang menjalani profesi sebagai wanita penghibur.

Dari tulisan-tulisannya aku dapat menangkap satu keinginan yang kuat dari Dewi untuk meninggalkan profesinya sebagai wanita penghibur, karena tidak sesuai keinginan hatinya.
Tak heran suatu kali ia berkata,"Mas, mohon doanya ya, dalam waktu dekat Dewi bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dan pantas!"

Tentu saja, aku sepenuh dan setulus hati akan mendoakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun