Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita Penghibur Itu Menulis di Kompasiana!

5 Juni 2011   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Awalnya tentu aku tidak percaya dengan ceritanya. Namun kemudian aku harus mau menerima kejujurannya.
Memang apa salahnya berteman dengan seorang wanita penghibur?!
Memang apa salahnya wanita panggilan menulis di Kompasiana?!

"Setan" dan "Hantu" serta "Keranda Mayat" saja boleh, apalagi seorang wanita penghibur yang masih berbentuk manusia.
Mungkin juga ada koruptor yang menjadi kompasianer, padahal seharusnya mereka ada di penjara ha ha ha
Toh tidak dilarang menjadi penghuni Kompasiana.

Selama berteman dengan Dewi dan mengetahui profesinya, aku tidak menganggapnya sebagai wanita penghibur. Aku tetap memandangnya seorang wanita yang kebetulan sedang menjalani profesi sebagai wanita penghibur.

Dari tulisan-tulisannya aku dapat menangkap satu keinginan yang kuat dari Dewi untuk meninggalkan profesinya sebagai wanita penghibur, karena tidak sesuai keinginan hatinya.
Tak heran suatu kali ia berkata,"Mas, mohon doanya ya, dalam waktu dekat Dewi bisa dapat pekerjaan yang lebih baik dan pantas!"

Tentu saja, aku sepenuh dan setulus hati akan mendoakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun