Aku dilahirkan utuh sebagai seorang lelaki. Orangtuaku gembira sekali, karena aku adalah anak pertama mereka setelah menikah tiga tahun.
Aku diberi nama Ali Setiadi oleh orangtuaku.
Ayahku berharap bahwa aku akan segagah beliau kelak sebagai seorang lelaki sejati.
Tetapi sayang, sedari kecil, walaupun jelas-jelas aku berkelamin lelaki, namun sifat wanita lebih dominan dalam perilakuku.
Aku lebih suka bermain bersama sesama wanita dan lebih tertarik dengan segala hal yang disukai layaknya seorang wanita.
Suarakupun lebih halus dan mirip wanita.
Tentu saja hal ini membuat kedua orangtuaku bingung dan kecewa, bagaimana anaknya yang berkelamin lelaki bertingkah lebih mirip seorang wanita?
Berbagai cara dilakukan kedua orangtuaku agar aku bisa hidup layaknya sebagai seorang lelaki. Termasuk berkonsultasi dengan psikiater dan juga orang pintar.
Namun semua usaha itu tidak membuat aku berubah sama sekali, karena aku tetap merasa lebih nyaman sebagai seorang wanita.
Aku sendiri juga terpukul dan tidak mengerti awalnya, mengapa para tetangga suka menggodaku, mengolok-olok, dan mengatai aku "Banci". Aku tidak menyadari, karena diriku sungguh-sungguh merasa sebagai seorang wanita.
Kemudian hari baru aku menyadari, karena aku sejatinya seorang lelaki, tetapi perilakuku layaknya wanita.
Menghadapi semua ini, seringkali aku menangis dan kecewa, mengapa Tuhan mentakdirkan kehidupan seperti ini?
Mengapa aku tidak dilahirkan normal seperti layaknya teman-temanku?
Aku tahu, orangtuaku juga menghadapi hal yang sama. Sikap tabah dan sabar menerima keadaanku dan menghadapi sikap sinis para tetangga selalu mereka tunjukkan. Doa-doa terdengar selalu dipanjatkan. Begitu juga kata "Mengapa" mereka desiskan.
Akhirnya kedua orangtuaku tak berdaya dan ikhlas menerima keadaan diriku sebagai seorang wanita sebagaimana adanya.
Pada awalnya memang malu dengan lingkungan dan kecewa pada kenyataan, tetapi secara perlahan semuanya dapat diterima juga.
Demikianlah kemudian aku tumbuh dewasa dan dikenal sebagai seorang wanita yang cantik rupawan.
Aku kemudian menggantikan namaku menjadi Lili Setiani, tetapi aku selalu mengenalkan diriku dengan menyebut panggil saja aku "Li".
Tak sedikit yang mengira aku ini sebagai wanita sejati karena penampilanku.
Tak jarang pula pria yang terperdaya jatuh cinta padaku.
Akan tetapi tak sedikit pula yang kecewa ketika mengetahui keadaanku yang sesungguhnya. Mereka menjadi jijik dan tak sudi melihatku lagi.
Tetapi kesabaran dan ketabahanku sedari kecil sudah terlatih, sehingga tidak lagi membuat aku sakit hati.
Aku selalu tegar menghadapi semua sindiran dan penghinaan yang datang padaku.
Kemudian aku bertekad untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Aku bertekad ingin mengubah kelamin lelakiku menjadi kelamin wanita. Aku tahu dari beberapa temanku, bahwa hal itu bisa dilakukan.
Lalu aku berusaha mengumpulkan uang dengan bekerja keras agar aku segera bisa melakukan operasi penggantian kelamin di Singapura.
Tentu saja niatku itu sudah aku rundingkan dengan keluargaku dan syukurlah mereka mendukung apa yang ingin aku lakukan.
Aku tidak tahu, apakah operasi penggantian kelamin yang hendak aku lakukan adalah perbuatan mengubah takdir atau melawan takdir. Tetapi yang aku tahu, aku ingin hidup seutuhnya sebagai wanita sesuai dengan sifat-sifat yang sejak kecil sudah ada pada diriku.
Akupun punya hati dan perasaan untuk mencintai seorang lelaki, sehingga aku memang tidak ragu lagi untuk menentukan jenis kelaminku sebagai seorang wanita saja.
Didalam setiap doa-doaku tiada putus aku mohon pengampunan pada Tuhan, karena aku harus memilih kearah mana jalan hidupku.
Kini, aku benar-benar merasa bahagia sebagai seorang wanita. Operasi penggantian kelamin yang aku jalani berhasil dengan sempurna.
Harapanku kini adalah ada seorang lelaki yang benar-benar bisa mencintaiku seutuhnya dan sebagaimana adanya diriku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H