Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Satu Cinta Dua Agama [18]

14 April 2011   10:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:48 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bagaimana nanti malam kita makan, lalu pergi nonton, dan …”

Belum sempat meneruskan kalimatnya, pembicaraan Li sudah dipotong,”dan bermesraan dibawa terangnya bulan ha ha ha ….. Jam berapa jemput aku?” Derai tawa membuat Li celingak-celinguk tak enak dengan keadaan sekitar.

“Husss ketawanya pelan-pelan dong, Fer!” Li mengingatkan.

“Ok, Koko Li! Eh, boleh dong panggil Koko kayak Tri memanggil kamu, Li?!” Fera senyum-senyum sambil memandangi Li.

Tri ya Tri, mantan kekasih yang begitu dicintainya selalu memanggilnya Koko dengan manja. Tiba-tiba kenangan itu hadir kembali membuat Li melamun sesaat.

“Ehm ehm, begitu disebut nama Tri, langsung deh kepikiran. Tapi tidak apalah, yang penting aku sekarang yang didekatmu!” Masih dengan senyum mengembang Fera menanggapi. Fera memang seorang wanita yang ceria dan enerjik.

* Terang bulan memayungi malam minggu kota Jakarta. Udara begitu cerah dan penampilan yang sungguh rupawan malam itu. Li juga tak kalah gagah penampilannya malam itu. Malam yang penuh senyuman mengiringi pasangan ini.

Li dan Fera tampak sangat serasi saat melangkah bersama. Fera tak ragu menggandengkan tangannya ditangan Li.Tak kalah serasinya saat berpasangan dengan Tri. Sepertinya Li tak bisa lagi menolak keagresifan wanita yang bernama Fera!

Pada saat makan malam yang ditemani temaramnya lampu dan lagu romantis, Li memberanikan dirinya menggenggam tangan Fera dengan lembut.

“Fera, sepertinya aku tak dapat lagi menutupi perasaanku, bahwa ada perasaan suka padamu!” Ada detak-detak getar jantung yang tak menentu dalam situasi itu di dada Li.

“Tapi… Bagaimana dengan keyakinan kita yang berbeda?” Kata Li sedikit ragu, menatap kepada Fera.

Semua Tentang Cinta-Kerispatih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun