“Bagaimana nanti malam kita makan, lalu pergi nonton, dan …”
Belum sempat meneruskan kalimatnya, pembicaraan Li sudah dipotong,”dan bermesraan dibawa terangnya bulan ha ha ha ….. Jam berapa jemput aku?” Derai tawa membuat Li celingak-celinguk tak enak dengan keadaan sekitar.
“Husss ketawanya pelan-pelan dong, Fer!” Li mengingatkan.
“Ok, Koko Li! Eh, boleh dong panggil Koko kayak Tri memanggil kamu, Li?!” Fera senyum-senyum sambil memandangi Li.
Tri ya Tri, mantan kekasih yang begitu dicintainya selalu memanggilnya Koko dengan manja. Tiba-tiba kenangan itu hadir kembali membuat Li melamun sesaat.
“Ehm ehm, begitu disebut nama Tri, langsung deh kepikiran. Tapi tidak apalah, yang penting aku sekarang yang didekatmu!” Masih dengan senyum mengembang Fera menanggapi. Fera memang seorang wanita yang ceria dan enerjik.
* Terang bulan memayungi malam minggu kota Jakarta. Udara begitu cerah dan penampilan yang sungguh rupawan malam itu. Li juga tak kalah gagah penampilannya malam itu. Malam yang penuh senyuman mengiringi pasangan ini.
Li dan Fera tampak sangat serasi saat melangkah bersama. Fera tak ragu menggandengkan tangannya ditangan Li.Tak kalah serasinya saat berpasangan dengan Tri. Sepertinya Li tak bisa lagi menolak keagresifan wanita yang bernama Fera!
Pada saat makan malam yang ditemani temaramnya lampu dan lagu romantis, Li memberanikan dirinya menggenggam tangan Fera dengan lembut.
“Fera, sepertinya aku tak dapat lagi menutupi perasaanku, bahwa ada perasaan suka padamu!” Ada detak-detak getar jantung yang tak menentu dalam situasi itu di dada Li.
“Tapi… Bagaimana dengan keyakinan kita yang berbeda?” Kata Li sedikit ragu, menatap kepada Fera.
Semua Tentang Cinta-Kerispatih