Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kolaborasi: Satu Cinta Dua Agama [3]

23 Maret 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13008881581601515183

“ Hmmm…belum tahu Zal, masih menunggu persetujuan orangtuaku dulu. ” Jawab Tri dengan nada berat.

“ Kenapa harus memaksa Tri? Maaf bukannya ingin mencampuri, tapi menurutku lebih baik kamu berpikir lagi untukmelanjutkan hubungan itu. ”

Tri geram, dan benci dengan jawaban Rizal. Yang dia butuh sekarang bukan kata yang melemahkan semangatnya, tetapi penguatan untuk pilihan hatinya. Tri memilih diam, dan  tak menjawab pernyataan Rizal.

“ Kalau kau putus dengan Li, aku siap menggantikan posisi Li di hatimu. ” Ucap Rizal tanpa basa basi. Tri tercekat, ia tertunduk. Bayangan Li kembali hadir menghiasi pelupuk matanya.

“Kenapa Ko..pada saat kita memperjuangkan cinta ini, harus ada lagi persoalan yang menghampiri. Seberat inikah Koko jalan kita untuk mencapai kebahagiaankita ?” Tri membathin. Rizal berusaha mengenggam tangan Tri. Cepat Tri menepisnya.

“ Maafkan aku Rizal, aku tidak bisa menerimamu, hatiku sepenuhnya sudah ku berikan untuk Li. Aku tidak bisa menerima cinta lain selain cinta Li. Maaf.” Mereka saling diam dalam waktu yang cukuplama.

“Baiklah Tri, aku mengerti dan aku lega sudah mengungkapkan semua yang selama ini kupendam. Keputusannya ada padamu. Aku akan terus berharap, dan menunggu sampai kau benar-benar memilihku. ”

Mereka menyudahi makan siang itu. Tri bersiap pulang ke kampung halamannya, dan Rizalpun berangkat menuju bus yang juga akan membawanya ke kampung halaman.

Tiga jamperjalanan lagi Tri baru bisa sampai ke kampung halamannya di sebelah utara Padang. Tetapi waktu itu terasa begitu lama dan bayang-bayang Rizal begitu membuatnya terganggu.

Sementara itu Rizal, tersenyum-senyum puas di dalam bus yang ditumpanginya! Apa yang sedang ia pikirkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun