Pagi itu Li dan Tri sudah ada di bandara, hariini Tri akan pulang kampung, Li mengantar dan melepas kepulangan kekasihnya denganhati berat. Tangan mereka saling berpegangan, terasa berat melepaskan genggaman itu.
“Hati-hati ya, dan cepat kembali. ” Senyum tulus Li membuat hati Tri lebih kuat.
“Iya, hanya seminggu, Koko. ” Jawab Tri manja, lalu mereka berpisah. Tanpa terasa pesawat yang ditumpangi Tri telah mendarat di Ranah Minang. Tri menarik nafas lega, “Bahagia sekali bisa kembali menghirup udara segar tanah kelahiranku. ” Gumam Tri. Dia melepaskan seluruh pandangannya ke sekeliling, udara sejuk ini begitu dirindunya, berbeda sekali dengan panasnya ibu kota.
Sudah cukup lama Tri tak pernah lagi menginjakkan kaki di negeri asalnya, karenakesibukannya di Jakara ia jadi jarang pulang. Kalau ia merindukan orang tuanya, mama dan papalah yang selalu menyusulnya keJakarta.
Kini Tri merasa tidak percaya iasudah ada di sini. Di tempat kelahirannya.
“Tri …!” Suara seseorang mengagetkan Tri, ia berpaling kearah suara itu.
“Rizal..? Pulang juga?” Tanya Tri dengan senyuman ramah.
“ Iya, mendadak saja, tanpa rencana ada keperluan keluarga. ” Jawab Rizal terlihat sumbringah sekali bertemu Tri tentu saja, karena wanita itu kini sendiri. Tanpa ada Li kekasih Tri di sisinya. Rizal merasakan ini kesempatan emas baginya untuk mendekati Tri. Harapannya untuk bisamemiliki gadis manis itu semakin bergejolak. “
Berapa lama di sini Tri ?” Tanya Rizal.
“Ahh tidak lama, paling hanya seminggu. Karena ada banyak pekerjaan yang menunggu di Jakarta. ” Jawab Tri jujur.
“Waah, ditunggu pekerjaan apa ditunggu pacar?”Celetuk Rizal menggoda, membuat Tri bersemu merah. Tri hanya tertawa, bayangan kekasihnya Li kembali hadir di benaknya. Baru beberapa jam ia sudah mulaimerindukan Li.