Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kolaborasi: Satu Cinta Dua Agama [3]

23 Maret 2011   13:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah siang, gimana kalau aku traktir makan dulu sebelum pulang ?” Tawaran Rizal membuyarkan lamunannya tentang Li. Rizal tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

“Hmm…boleh, kebetulan aku sudah lapar juga.” Balas Tri, tanpa ada sedikitpun curiga Rizal tengah menjalankan misinya. Karena dihatinya tidak ada yang lain selain Li.

“ Mau makan apa..? “ Rizal melanjutkan pertanyaannya.

“ Aku ingin sekali makan ikan bakar Lubuk Idai, gimana kalau kita ke sana aja ?” Jawab Tri menawarkan.

“Ok, boleh juga aku juga ingin mencicipinya. Sepertinya menggugah selera. ” Ujar Rizal.

Mereka menumpang sebuah taxi menyusuri jalan kota provinsi yang sudah  sangat lama tidak pernah mereka lalui. Tri menikmati makan siang itu tanpa perasaan apa-apa. Baginya Rizal tidak lebih  hanya seorang sahabat satu kampung yang mengadu nasib di ibu kota. Rasa  persaudaraan itu mengikat hati mereka.

Berbeda dengan Tri, Rizal menaruh harapan  lebih padanya. Buat Rizal Tri adalah gadis  impiannya. Kriteria perempuan yang diinginkannya hampir semua dimiliki gadis sekampungnya ini. Sejak lama Rizal memperhatikan Tri, sampai ia tidak  sedikitpun membuka hati untuk yang lain.

Tetapi karena Tri begitu mencintai Li Rizal  tidak punya keberanian untuk  mengungkapkan perasaannya. Pertemuan mereka yang tidak sengaja kali ini, membuat  Rizal tidak sanggup lagi menahan perasaannya. Apapun jawaban Tri ia harus  mengungkapkannya.

“Bagaimana hubunganmu sama Li Tri ?” Pertanyaan Rizal memulai percakapan. .

“Ooooh..Baik-baik saja. ” Sedikit kikuk Tri menjawab ia tak menyangka Rizal bertanya  soal itu.

“ Kapan kalian akan menikah ?” Lanjut Rizal lagi' .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun