“Sudah siang, gimana kalau aku traktir makan dulu sebelum pulang ?” Tawaran Rizal membuyarkan lamunannya tentang Li. Rizal tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
“Hmm…boleh, kebetulan aku sudah lapar juga.” Balas Tri, tanpa ada sedikitpun curiga Rizal tengah menjalankan misinya. Karena dihatinya tidak ada yang lain selain Li.
“ Mau makan apa..? “ Rizal melanjutkan pertanyaannya.
“ Aku ingin sekali makan ikan bakar Lubuk Idai, gimana kalau kita ke sana aja ?” Jawab Tri menawarkan.
“Ok, boleh juga aku juga ingin mencicipinya. Sepertinya menggugah selera. ” Ujar Rizal.
Mereka menumpang sebuah taxi menyusuri jalan kota provinsi yang sudah sangat lama tidak pernah mereka lalui. Tri menikmati makan siang itu tanpa perasaan apa-apa. Baginya Rizal tidak lebih hanya seorang sahabat satu kampung yang mengadu nasib di ibu kota. Rasa persaudaraan itu mengikat hati mereka.
Berbeda dengan Tri, Rizal menaruh harapan lebih padanya. Buat Rizal Tri adalah gadis impiannya. Kriteria perempuan yang diinginkannya hampir semua dimiliki gadis sekampungnya ini. Sejak lama Rizal memperhatikan Tri, sampai ia tidak sedikitpun membuka hati untuk yang lain.
Tetapi karena Tri begitu mencintai Li Rizal tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Pertemuan mereka yang tidak sengaja kali ini, membuat Rizal tidak sanggup lagi menahan perasaannya. Apapun jawaban Tri ia harus mengungkapkannya.
“Bagaimana hubunganmu sama Li Tri ?” Pertanyaan Rizal memulai percakapan. .
“Ooooh..Baik-baik saja. ” Sedikit kikuk Tri menjawab ia tak menyangka Rizal bertanya soal itu.
“ Kapan kalian akan menikah ?” Lanjut Rizal lagi' .