Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ya, Aku Ingin Pulang!

5 Maret 2011   05:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa itu neraka dan surga? Sekali lagi semua itu omong kosong belaka dan untuk membodohi manusia.

Hidup terus bergulir dan tanpa aku sadari, kini usiaku sudah 55 tahun. Aku boleh merasa bangga dan berkuasa dan juga tidak percaya Tuhan.
Tetapi dalam usia senjaku saat ini, sungguh aku mulai merasakan kehampaan hidup.

Kenikmatan yang aku dapatkan sesungguhnya tidaklah membuat aku hidup tentram.
Kehormatan dan kesetiaan yang aku dapatkan tak lebih adalah kebohongan juga.

Uang yang begitu mudahnya datang, namun sekejab itu pula melayang untuk kesenangan sesaat. Tanpa ada menjadi sungguh-sungguh bermanfaat.

Perlahan aku rasakan semua kenikmatan itu menjadi hampa dan membosankan.
Ya, hatiku begitu hampa dengan segala kepalsuan yang ada disekitarku.

Tengah malam itu, saat bumi diguyur hujan yang lebat. Aku terdiam duduk sendiri menatap keluar jendela.
Melihat tanpa bergeming setiap tetesan air yang jatuh.

Begitu dalam dan terfokusnya, tiba-tiba aku mendengar suara yang begitu jelas,"Sahabatku, pulanglah! Kembalilah ke asalmu!"

Aku terkejut dalam ketidakmengertian seketika dan mencari-cari arah datangnya suara itu.

"Sahabatku, jangan cari lagi. Aku disini bersamamu, pulanglah, disini bukan tempatmu!" Suara itu semakin jelas membahana.

"Pulang kemana?!" Gumamku.

"Pulang ke tempat asal untuk menjadi dirimu yang sesungguhnya. Sadarlah akan dirimu, jangan lagi terlena dalam ketidakmengertian!
Pulanglah ke kampung hati hidup sesuai nurani! Aku selalu mengasihimu, sahabatku!" Suara itu jernih begitu menyentuh dan menyentak kesadaranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun