Manusia jenis apakah dirimu, manusia pemelajar atau pembenar? Semoga bukan manusia yang sedang belajar jadi manusia pembenar!
 *
Å etiap momen hidup selayaknya bisa dijadikan pemelajaran bagi manusia. Bukan hanya keberuntungan dan kebahagiaan yang bisa dijadikan pemelajaran. Namun, justru dari kemalangan dan penderitaan, akan banyak pemelajaran yang bisa dipetik.Â
Bagi seorang manusia pemelajar hidup adalah lautan pemelajaran, maka ia akan berenang dan menyelam untuk menemukan sesuatu hal yang berguna bagi hidupnya.
Ia akan memetik buah pemelajaran dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Belajar dari keberhasilan dan juga belajar dari kegagalan.Â
Belajar dari kebaikan dari orang lain dan bercermin pada kesalahannya. Walaupun telah ada kitab suci yang menjadi pedoman hidupnya dan itu sudah merupakan kewajiban untuk diselami.Â
Namun, baginya alam semesta ini adalah juga sebagai kitab suci yang hidup yang tak habis memberikan pemelajaran hidup.
Menjadi manusia pemelajar memang tidak mudah, tetapi bisa menjadi manusia pemelajar pasti hidup akan terasa lebih indah dan bermakna. Ketika kita sudah berhenti untuk belajar, maka hidup akan terasa hambar dan kehilangan makna.
Moto hidup sampai tua belajar sampai tua adalah selalu menjadi pedoman bagi manusia pemelajar. Belajar dan belajar sampai diujung nafas.
Berbeda dengan manusia pemelajar yang masih sedikit kita temukan, di mana manusia pembenar akan lebih mudah ditemukan.
Zaman semakin maju dan berkembang. Kepintaran manusiapun semakin meningkat kemampuannya. Tetapi yang disayangkan, bila kepintaran tidak diimbangi dengan akal budi, maka manusia menjadi hidup dalam pembenaran.
Dengan kepintarannya manusia begitu leluasa memelintir kebenaran demi kepentingannya. Yang terjadi kemudian adalah lahirnya manusia-manusia pembenar.
Menjadi manusia pembenar, dirinya merasa tak pernah bersalah. Mengapa? Sebab dengan kepintarannya kesalahan itu bisa dibenarkan dengan kata-kata dan logika.
Padahal tanpa disadari, pembenaran demi pembenaran yang silih berganti terjadi semakin menjerumuskan manusia dalam kesalahan.
Tanpa disadari, pembenaran yang ada membuat manusia terjebak dalam kesalahan demi kesalahan. Namun, yang ada dalam pikirannya itu adalah kebenaran.
Entahlah, sejujurnya saya tidak tahu termasuk golongan manusia yang mana. Bisa salah satunya. Bisa juga termasuk keduanya. Semoga bukan manusia yang sedang belajar jadi manusia pembenar.
Semoga saya masih memiliki waktu untuk merenunginya.