Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Pembelajar Vs Manusia Pembenar

1 Maret 2011   15:58 Diperbarui: 10 Agustus 2021   15:38 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia jenis apakah dirimu, manusia pemelajar atau pembenar? Semoga bukan manusia yang sedang belajar jadi manusia pembenar!

 *

Šetiap momen hidup selayaknya bisa dijadikan pemelajaran bagi manusia. Bukan hanya keberuntungan dan kebahagiaan yang bisa dijadikan pemelajaran. Namun, justru dari kemalangan dan penderitaan, akan banyak pemelajaran yang bisa dipetik. 

Bagi seorang manusia pemelajar hidup adalah lautan pemelajaran, maka ia akan berenang dan menyelam untuk menemukan sesuatu hal yang berguna bagi hidupnya.

Ia akan memetik buah pemelajaran dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Belajar dari keberhasilan dan juga belajar dari kegagalan. 

Belajar dari kebaikan dari orang lain dan bercermin pada kesalahannya. Walaupun telah ada kitab suci yang menjadi pedoman hidupnya dan itu sudah merupakan kewajiban untuk diselami. 

Namun, baginya alam semesta ini adalah juga sebagai kitab suci yang hidup yang tak habis memberikan pemelajaran hidup.

Menjadi manusia pemelajar memang tidak mudah, tetapi bisa menjadi manusia pemelajar pasti hidup akan terasa lebih indah dan bermakna. Ketika kita sudah berhenti untuk belajar, maka hidup akan terasa hambar dan kehilangan makna.

Moto hidup sampai tua belajar sampai tua adalah selalu menjadi pedoman bagi manusia pemelajar. Belajar dan belajar sampai diujung nafas.

Berbeda dengan manusia pemelajar yang masih sedikit kita temukan, di mana manusia pembenar akan lebih mudah ditemukan.

Zaman semakin maju dan berkembang. Kepintaran manusiapun semakin meningkat kemampuannya. Tetapi yang disayangkan, bila kepintaran tidak diimbangi dengan akal budi, maka manusia menjadi hidup dalam pembenaran.

Dengan kepintarannya manusia begitu leluasa memelintir kebenaran demi kepentingannya. Yang terjadi kemudian adalah lahirnya manusia-manusia pembenar.

Menjadi manusia pembenar, dirinya merasa tak pernah bersalah. Mengapa? Sebab dengan kepintarannya kesalahan itu bisa dibenarkan dengan kata-kata dan logika.

Padahal tanpa disadari, pembenaran demi pembenaran yang silih berganti terjadi semakin menjerumuskan manusia dalam kesalahan.

Tanpa disadari, pembenaran yang ada membuat manusia terjebak dalam kesalahan demi kesalahan. Namun, yang ada dalam pikirannya itu adalah kebenaran.

Entahlah, sejujurnya saya tidak tahu termasuk golongan manusia yang mana. Bisa salah satunya. Bisa juga termasuk keduanya. Semoga bukan manusia yang sedang belajar jadi manusia pembenar.

Semoga saya masih memiliki waktu untuk merenunginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun