Manusia yang hidup dalam kekuasaan tak kuasa untuk menolak untuk melakukan kehinaan!
*
Pemimpin Libya, Moammar Khadafy memang fenomenal. Menjadi pemimpin yang dipuja bukannya hanya oleh bangsa Arab saja, tetapi juga oleh banyak umat Islam di belahan dunia lain.
Khadafy memang fenomenal, karena menjadi pemimpin yang bisa paling lama berkuasa di dunia. Selama 40 tahun duduk nyaman ditampuk pimpinan.
Khadafy menjadi pemimpin yang mulia dimata bangsa Arab umumnya dan umat muslim khususnya, karena keberaniannya bersuara menentang Amerika dan Israel.
Dimana Amerika dan Israel dianggap sebagai bangsa yang menzalimi umat Islam.
Khadafy begitu dielukan oleh bangsanya dan umat muslim di dunia karena dianggap sebagai pahlawan dan pembela Islam.
Apakah Khadafy benar-benar membela Islam?
Bisa demikian. Tetapi yang pasti Khadafy lebih membela kekuasaannya sehingga bisa bertahan lebih dari 40 tahun.
Menikmati kekuasaannya dan kemewahan hidup sebagai penguasa tunggal di negerinya.
Tetapi kebenaran pada akhirnya yang akan berbicara, bahwa manusia yang hidup dalam kekuasaan tak akan bisa menjadi mulia.
Kekuasaan akan menjebak manusia dalam pembenaran untuk terus melakukan kesalahan.
Lihatlah apa yang dilakukan oleh seorang Khadafy yang ingin terus berkuasa sebagai pemimpin tanpa rela melepaskannya.
Khadafy tentu saja tidak akan pernah menyangka apa yang dialaminya hari ini.
Rakyat yang selama ini hidup dalam ketakutan, akhirnya berani juga untuk menentangnya.
Rakyat yang selama ini menurut dan menyanjungnya, akhirnya berani juga bersuara.
Menghadapi semua ini, barulah dapat dilihat sesungguhnya siapa Khadafy itu. Tak lebih dari seorang manusia yang sedang mabuk kekuasaan.
Demi untuk membungkam suara perlawanan dan mempertahankan kekuasaannya, ia rela menghianati rakyatnya dengan melakukan pembantaian yang dilakukan pihak militer.
Tak heran, orang-orang yang selama ini yang mendukungnya dan masih memiliki nurani, satu demi satu meninggalkan dirinya.
Bahkan tersiar ada dua pilot tempur yang diperintahkan untuk mengebom para demonstran, terpaksa membelot. Karena tidak tega melakukan tugas tersebut.
Khadafy yang selama ini begitu dipuja dan dianggap mulia, ternyata tak lebih seorang yang haus kekuasaan dan akan melakukan segala cara untuk mempertahankannya.
Sekarang tampak bahwa Khadafy juga tak lebih sama dengan apa yang dilakukan Amerika untuk melanggengkan kekuasaannya di jazirah Arab, yaitu dengan senjata.
Bila kita melihat semua ini dengan hati yang jernih, bahwa kekuasaan itu adalah bentuk bersatunya keegoan dan keserakahan manusia.
Demi itu semua, agamapun bisa dijadikan tameng untuk melindungi dirinya.
Demikianlah kekuasaan itu bisa memabukkan manusia, sehingga lupa dengan dirinya. Jadi jangan harap bisa ingat agama dan Tuhan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H