Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ci Amei, Tidak Cerai Demi Kesetiaan dan Ketulusan [Inspirasi Untuk Wanita 23]

15 Februari 2011   02:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:35 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1297737164123024464

Jika Ci Amei menegur atau mengingatkan karena seringkali pulang menjelang pagi dengan mulut bau minuman keras. Tidak senang dan marah-marah, adalah menjadi kebiasaan suaminya kini. Bahkan aku pernah melihat muka Ci Amei menjadi biru lebam dibagian bibirnya.

Ci Amei berusaha menutupi penderitaan dan rasa sakitnya dengan tidak mau mengadu kemana-mana dan siapapun. Sungguh wanita yang luar biasa sabarnya.

Gaji hasil kerjanya yang semestinya untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah Alan dan Alin yang masih SD kelas 3 dan 2. Tak jarang lebih digunakan untuk membayar utang-utang suaminya.

Para tetangga tahu keadaan keluarga Ci Amei menjadi kasihan padanya. Sebagian hanya bisa geleng-geleng kepala dan sebagian lagi memprovokasi agar Ci Amei minta cerai saja. Tetapi Ci Amei hanya menanggapi dengan senyuman dan gelengan lembut kepalanya.

"Tidak! Ini memang sudah nasib dan garis hidup yang harus saya jalani. Tidak apa-apa!"

Tentu saja sikap Ci Amei dicibir dan dianggap sebagai wanita bodoh. Mengapa masih tahan dan mau hidup dengan lelaki brengsek model suaminya itu?

"Bagiku, menikah itu seumur hidup itu cuma satu kali saja. Kalau keadaanku harus begini, ya itu memang sudah karmaku. Aku harus bisa dan mau menerimanya. Penderitaan ini harus bisa kutanggung dan kulewati!" Kata Ci Amei pada seorang ibu-ibu teman dekatnya.

Bukannya minta cerai, justru Ci Amei yang seorang buddhis itu, rajin mendoakan suaminya. Melimpahkan kebajikan agar karma buruk antara dia dan suaminya cepat berkurang.

Bagi Ci Amei yang menjadi seorang pemeluk agama Buddha, sangat meyakini kebenaran tentang hukum karma. Ci Amei percaya keadaan yang dialaminya kini adalah memang buah yang harus ia terima.

Sebagai seorang umat buddhis yang taat, perkawinan baginya hanyalah sekali saja dalam hidupnya kecuali kematian yang memisahkan. Keyakinan itu semakin menguatkannya untuk lebih sabar dan lebih berbuat baik lagi terhadap suaminya.

Bukan hanya dalam hitungan hari dan bulan Ci Amei terus bertahan, tetapi sudah melewati hitungan tahun lamanya untuk bertahan dalam rumah tangga yang penuh petaka ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun