Semakin hari, Dilla semakin rajin belajar agama Islam dan kemudian di sekolahpun Dilla memutuskan untuk mengikuti pelajaran agama Islam. Semua murni karena panggilan hatinya yang menggebu-gebu.
Tentu hal ini membuat kakek-neneknya senang bukan kepalang. Berbeda dengan bapaknya yang marah besar mengetahui hal ini. Dilla kemudian dibawa pulang kembali ke Jakarta dan dimasukkan ke sekolah khusus agama. Untuk dididik kembali sesuai agama orangtuanya.
Tetapi di dalam hati terjadi perang batin. Semakin dipaksa semakin mendapat tentangan hatinya. Baginya menjadi muslim sudah menjadi panggilan hatinya. Tetapi Dilla juga tidak mau menjadi anak yang kualat pada orangtuanya.
Karena tak tahan dengan tekanan dan perang batin terus-terusan, setelah lulus SMA, Dilla menguatkan tekad untuk minggat dan kembali ke rumah kakek-neneknya yang antara kaget dan senang menerima kedatangan Dilla, cucu kesayangan mereka.
Ketika bertemu denganku, ia berkata,"Kak, aku tidak tahan dengan perlakuan orangtuaku, khususnya bapak yang melarangku menjadi seorang muslim. Tapi aku sudah mantap, kak, dengan pilihanku!"
"Ikuti saja kata hatimu, Dilla. Berdoalah untuk kedua orangtuamu, agar hati mereka terbuka dan mau menerima keputusanmu!" Lagi-lagi aku berkata dengan sok dewasa dan bijak.
"Iya, kak, semoga Tuhan memberikan jalan yang terbaik untuk kami. Orangtua mau mengerti atas pilihan hidupku ini. Sebenarnya aku merasa bersalah pada mereka dengan cara ini!" Dilla berkata dengan sendu.
Memang sudah jodoh kehidupan Dilla, kemudian Dilla menemukan jodoh seorang lelaki saleh yang menjadi suaminya. Boleh dikatakan ini adalah penyempurna kemualafan Dilla.
Walaupun dengan berat hati tanpa kehadiran kedua orangtuanya saat menikah. Dilla mengalami masa-masa bahagian dalam rumah tangganya.
Hari-hari Dilla tiada putus berdoa untuk kedua orangtuanya, agar mau memaafkan dan mau menerimanya kembali sebagai anak. Bagaimanapun orangtuanyalah yang telah melahirkan Dilla.
Tuhan memang Maha mendengar, sejak kelahiran anak pertama, kedua orangtuanya untuk pertama kalinya datang menjenguk. Lengkap sudah kebahagiaan Dilla semenjak itu.