Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maesaroh, Muslim Sampai Mati (Inspirasi Untuk Wanita 7)

19 Januari 2011   05:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:25 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyak sosok-sosok kecil disekitar, dimana aku bisa banyak belajar hal-hal yang besar padanya!

*
Sosoknya tidaklah begitu cantik dan tidak bisa dibilang seksi, tapi penampilan dan pribadinya adalah sisi yang menarik. Senyuman manis tak pernah lepas dari wajahnya. Sebut saja namanya Maesaroh. Umur 28 tahun, lulusan SMU. Kulitnya kuning langsat dan bersih. Wajahnya memang sedikit mirip chinese. Tetapi dari namanya, dipastikan ia seorang muslim.

Maesaroh muslim yang cukup taat. Karena itu rajin salat, walaupun sesekali ada yang kelewat.
Periang dan dengan siapa ia suka bersahabat. Bukan muslim yang kolot dan tidak suka menghujat.
Sangat familiar dan hangat. Membuat siapa saja didekatnya terpikat.

Walaupun menarik dan baik hati, Maesaroh masih belum mendapatkan jodoh yang tepat. Namun ia masih bisa bersyukur dan tidak menjadikan masalah jodoh sebagai beban berat.
Tenang saja, tidak perlu cepat-cepat. Biar lambat yang penting nanti dapat jodoh yang tepat. Biar lambat asal selamat! Begitu Maesaroh berkomentar suatu saat.
Padahal selama ini banyak pria yang mendekat, tetapi memang belum ada yang memikat hati. Semua masih dianggap sahabat.
Hal ini membuat sedikit resah was-was para kerabat dan orang terdekat.
Takut jadi perawan tua, kan gawat!
Hingga sibuk berdebat.
Namun Maesaroh tenang-tenang saja. Jodoh ada ditangan Tuhan, ia memberikan alasan yang tepat.

Maesaroh, Maesaroh! Bagiku engkau wanita yang luar biasa. Walaupun kenyataannya kamu belum melakukan hal-hal yang hebat. Bukan juga anak pejabat. Pekerjaanmu pun tak beda jauh dengan wanita kebanyakan.
Hanyalah melayani dan memberikan jasa kepada orang lain.
Tentu saja jasa yang positif dalam hal ini. Bukan jasa dalam hal perbuatan bejat atau maksiat.

Dari semua hal yang ada, ada satu hal yang aku kagumi darimu. Prinsipmu sebagai seorang muslim. Terlahir sebagai muslim, matipun harus sebagai muslim. Itu adalah harga mati!
Ya, dalam keyakinan harus begitu, menurutku.

Terakhir kudengar ada pria yang ingin menawan hatimu. Datang merayu dan memberikan janji-janji manis. Pria tampan rupawan dan mapan.
Tetapi sayang pria itu berbeda keyakinan. Walaupun telah diberikan solusi, bila menikah nanti, boleh tetap hidup pada keyakinan masing-masing.

Engkau bergeming dan berkata tidak! Sebagai muslim engkau mantap untuk mendapatkan jodoh yang harus muslim. Tak ada tawar menawar. Sudah dibandrol, harga pas tidak ada diskon-diskonan.
Memang mantap, aku mengacungkan jempol yang tingginya melebihi dari jempol itu sendiri.
Sayang aku tidak pakai topi, kalau pakai, pasti aku akan topi juga.
Maesaroh. . . Maesaroh! Ck Ck Ck . . .

Prinsipmu itu adalah harga mati dan menurut itu memang perlu. Bahwa prinsip harus dipegang sampai mati. Tentu saja prinsip yang dimaksud adalah yang sesuai panggilan nurani.

Untuk orang-orang yang teguh dan tegas dalam berprinsip, aku selalu merasa kagum dan hormat.
Maesaroh yang notabene adalah seorang wanita itu telah membuat aku mengaguminya.

Ternyata untuk belajar hal-hal yang hebat , tidak perlu kepada tokoh-tokoh terkenal dan hebat yang ditulis dalam buku-buku yang tebal. Yang membacanya saja sudah bikin kepala berkunang-kunang. Tetapi dari sekitarku, sudah banyak tokoh-tokoh kecil yang bisa membuatku belajar akan hal-hal yang besar dalam hidup ini.
Gumam hati kecilku!

Maesaroh, aku ingin menuliskan kembali ceritanya ini, agar wanita-wanita yang masih lemah dan tak berprinsip dapat terinspirasi menjadi wanita sepertimu. Yang tak goyah dalam prinsip oleh iming-iming apapun.

Begitu adanya sekelumit tentang Maesaroh. Sebuah kisah wanita sederhana dan periang itu dalam menjalani hidupnya. Sambil menuliskan ini, kubayangkan senyumannya yang bahkan menggetarkan para malaikat.

Terakhir kalinya aku ingin berteriak:
Maesaroh . . . Yeah, hidup kamu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun