Berbekal sedikit nekad dan bantuan saudara, Mpok Darmi memulai membuka warteg sebagai sumber pencarian. Bukan hal yang mudah membuka usaha di Jakarta dengan modal pas-pasan. Apalagi kemudian harus kena gusur segala. Lalu harus berpindah-pindah.
Karena kemauan dan usaha serta tawakal, Mpok Darmi mendapatkan tempat yang subur untuk usahanya. Yaitu sebuah pabrik tekstil yang ketika itu baru beroperasi. Sejak itulah Mpok Darmi baru bisa sedikit tenang.
Seorang diri Mpok Darmi harus bersusah payah untuk membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya. Tentu tidak mudah. Tetapi dengan kasih sayangnya Mpok Darmi menjaga anak-anaknya, sehingga anak-anaknya bisa sekolah dengan layak. Bahkan yang pertama sudah lulus menjadi insinyur. Yang kedua masih kuliah, sedang yang ketiga dan keempat masih di SMU.
Berkat kerja keras dan cinta seorang ibu, Mpok Darmi bisa melakukan semua itu. Berjuang atas kerasnya kehidupan di Jakarta dengan usaha wartegnya. Untuk menghidupi kebutuhan anak-anaknya, Mpok Darmi sampai melupakan kebutuhan dirinya sebagai seorang wanita yang masih membutuhkan kasih sayang seorang suami.
Baginya, kehidupan masa depan anak-anak adalah segalanya dan lebih penting. Tekad itu selalu mengalahkan kebutuhan pribadinya.
Mpok Darmi hanya bertekad untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu dengan sebaik-baiknya untuk membesarkan anak-anaknya sampai dewasa dengan usaha yang halal dan menjadi anak yang taat pada Tuhan.
Mpok Darmi memberikan harapan kepada para wanita yang harus kehilangan suami. Bahwa semua itu bukanlah akhir dari kehidupan. Tetapi justru adalah sebagai awal kehidupan untuk memulai perjuangan.
Mpok Darmi dengan gagah bisa melakukannya.
Salut dan aku mengacungkan kedua jempol untuknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H