Tidak tenggelam pada masa lalu yang pahit, tetapi nikmatilah manisnya hidup hari ini untuk hari esok yang indah!
[caption id="attachment_85596" align="alignleft" width="300" caption="Bukan Atun//pesatnews.com"][/caption] *
Orang-orang memanggilnya Atun. Padahal nama aslinya Sumiatun. Mengapa tidak dipanggil Sumi saja, biar terasa lebih keren? Entahlah, bagaimanapun nama Atun memang lebih beken. Sekarang nama itu sudah melekat pada dirinya dan aku tak sungkan memanggilnya Mbak Atun atau cukup Atun saja. Tidak masalah dan tidak perlu dipermasalahkan!
Atun, walaupun nama yang ndeso, tapi penampilan pemiliknya sudah cukup paten dan kemana-mana menenteng Blackberry layaknya orang-orang modern. Sudah bisa menyetir mobil sendiri, menyelip disana-sini. Memakai kacamata hitam dipadu dengan memakai jilbab terlihat lumayan enak dipandang dan serasi.
Jujur saja, menurutku tidaklah begitu cantik Atun ini. Tetapi orangnya sungguh simpatik dan menarik hati. Membuat nyaman suasana bila berbicara dengannya. Terbuka dan mengalir apa adanya saat bercerita. Santun dan semangatnya luar biasa membuat orang sekitarnya terbawa.
Dibalik semangat dan sifat optimisnya, ternyata Atun memang wanita yang luar dan tidak pernah putus asa dalam keterpurukan hidupnya hyang harus dialaminya. Rumahtangga yang hancur dan usaha yang mundur tak harus membuatnya putus asa dan mengeluh atau jatuh dalam keterlenaan.
"Masa lalu, mas, tidak perlu disesali dan menyalahkan orang lain. Bersyukur sajalah, Atun bisa bangkit dan sekarang hidup damai dan nyaman begini! Tuhan memang sayang pada umatnya yang percaya dan mau berusaha!" Begitu Atun berkata suatu hari.
Mendengar kisah hidupnya, saya percaya tidak setiap wanita dapat seperti dia. Tetapi setelah membaca kisahnya setiap wanita dapat seperti dia juga. Menurutku Atun memang wanita yang spesial dan menginspirasiku. Bolehlah kemudian aku kagum kepadanya. Bukan kepada orangnya (sih) tapi dedikasi dan semangat yang dimilikinya. Bahkan aku pernah meledeknya, kalau kisahnya hidupnya bila ditulis jadi novel, pasti menjadi sebuah kisah yang menarik. Aku sampai berpikir, mungkin suatu saat aku akan melakukannya.
Singkat cerita agar waktunya tidak terlambat untuk diceritakan. Langsung saja pada   permasalahannya.            Pada suatu waktu Atun bersama suaminya membangun sebuah usaha kerajinan. Usaha yang dibangun dari bawa dalam rasa saling cinta. Penuh semangat dan harapan. Dari usaha kecil-kecilan untuk pasar lokal, hingga maju dan mendapat mitra bisnis dari mancanegara. Dari omset puluhan juta sampai mencapai ratusan juta.
Masa-masa manis dan keharmonisan begitu nikmat Atun rasakan bersama suami tercinta. Apalagi setelah kelahiran si kecil. Lengkap sudah kebahagiaan Atun. Bisnis lancar dan hubungan dengan suami juga langgeng, ditambah anak yang lucu. Penuh cinta dan gairah. Atun begitu menyanyangi lelaki pilihannya. begitu juga sebaliknya. Siang malam hidup dalam kemesraan. Membuat iri hati saja.                                           Apalagi yang dicari?
Tetapi dalam perjalanan hidup manusia, pada saat damai, selalu saja datang ujian. Dalam ketenangan, akan muncul goncangan. Hidup adalah misteri, sulit menduga apa yang akan terjadi. Dalam kesuksesannya akan muncul godaan dan menguji keimanan. Tak disangka tak diduga oleh Atun yang memang masih polos ketika itu. Suaminya mulai tergoda dalam pelukan wanita lain dan menjalin hubungan serius. Atun takmenyangka, suaminya akan main belakang, karena begitu percaya akan kesetiaan suaminya.
Entah setan apa yang telah merasuki hati suaminya, sehingga kemudian rela meninggalkannya dan anaknya yang masih kecil, pergi dengan wanita lain dalam kebahagiaan sesat. Bak petir menyambar, belati menikam, dan duri menusuk. Untuk perlakuan ini saja, bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati Atun dan berapa banyak airmata yang terkuras? Berapa luka yang membekas di hatinya?
Kemudian juga diketahui, bahwa Atun harus menanggung beban utang yang ditinggalkan suaminya. Uang dari mitra bisnis untuk pesanan barang, dibawa kabur semua. Benar-benar sudah terjatuh, kemudian tertimpa tangga lagi. Jumlahnya bukan hanya ratusan juta, tapi mencapai miliaran. Sekali lagi, dalam jumlah miliaran! Membayangkan saja sudah betapa berat beban yang harus ditanggung Atun. Sungguh menyesakkan dada dan membuat ulu hati nyeri tak terperih.
Saat mendengarnya saja, saya sampai terbelalak mata ini. Berpikir, betapa tega suaminya memperlakukan Atun demikian rupa. Kejam, kejam, dan kejam. Tetapi Atun dengan enteng menceritakannya tanpa beban. Karena ketika menceritakan kisahnya, utangnya sudah hampir lunas. Atun selalu berkata, semangat, semangat, dan bersyukur.
Kalau kejadian itu menimpa diriku, mungkin tak sanggup aku menerimanya dan mungkin juga saat ini aku sudah ada di rumah sakit jiwa. Penuh dendam dan sakit hati. Benci dan benci pada lelaki sialan itu. Berharap suatu hari dapat membalas dengan mengoyak dan mencincang hati pria penghianat itu. Biar tahu rasa!
Tapi berbeda dengan Atun, dan itulah yang membuat saya kagum, ia walaupun diliputi kekecewaan yang amat sangat, tetapi masih bersikap tenang. Mundur sejenak dan berusaha ikhlas. Mengadu dan memohon kekuatan untuk menghadapi cobaan ini kepada Tuhan.
"Aku harus kuat dan bangkit. Tidak boleh terlena menerima nasib!" Begitu Atun bertekad pada dirinya.
Kemudian dengan dibantu adik-adik dan dukungan mitranya di luar negeri, Atun memutar kembali roda usahanya yang sempat terhenti. Dengan motivasi yang tinggi, perlahan tapi pasti, Atun dapat berdiri tegak kembali tanpa menyimpan sakit hati.
Kini dalam kesendirian bersama anak semata wayang buah hatinya, Atun dapat meraih kembali kebahagiaannya. Baginya masa lalu itu menjadi kenangan indah untuk senyumnya hari ini. Atun selalu yakin, seberat apapun cobaan hidup yang harus dihadapi, jangan berputus asa, tetapi percayalah dalam doa dan berusaha bangkit kembali. Sebab Tuhan akan menopang dengan kedua tangannya.
Atun, senyummu sungguh cerah hari ini, semoga engkau mau membagikan kisah ini pada wanita-wanita yang lain.
"Jadikanlah kepahitan masa lalu, untuk menikmati senyum manis hari ini!" Pesan inspiratif darimu yang akan kuingat selalu. Masih ada yang tertinggal pesannya,"Maafkanlah, siapapun yang telah menyakitimu. Relakan kebencian itu menyingkir dari dirimu untuk kelegaan hatimu.
Baiklah Atun, terimakasih ya atas inspirasimu hari ini buatku dan buat wanita-wanita yang mau membuka hati akan kisah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H