Entah setan apa yang telah merasuki hati suaminya, sehingga kemudian rela meninggalkannya dan anaknya yang masih kecil, pergi dengan wanita lain dalam kebahagiaan sesat. Bak petir menyambar, belati menikam, dan duri menusuk. Untuk perlakuan ini saja, bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati Atun dan berapa banyak airmata yang terkuras? Berapa luka yang membekas di hatinya?
Kemudian juga diketahui, bahwa Atun harus menanggung beban utang yang ditinggalkan suaminya. Uang dari mitra bisnis untuk pesanan barang, dibawa kabur semua. Benar-benar sudah terjatuh, kemudian tertimpa tangga lagi. Jumlahnya bukan hanya ratusan juta, tapi mencapai miliaran. Sekali lagi, dalam jumlah miliaran! Membayangkan saja sudah betapa berat beban yang harus ditanggung Atun. Sungguh menyesakkan dada dan membuat ulu hati nyeri tak terperih.
Saat mendengarnya saja, saya sampai terbelalak mata ini. Berpikir, betapa tega suaminya memperlakukan Atun demikian rupa. Kejam, kejam, dan kejam. Tetapi Atun dengan enteng menceritakannya tanpa beban. Karena ketika menceritakan kisahnya, utangnya sudah hampir lunas. Atun selalu berkata, semangat, semangat, dan bersyukur.
Kalau kejadian itu menimpa diriku, mungkin tak sanggup aku menerimanya dan mungkin juga saat ini aku sudah ada di rumah sakit jiwa. Penuh dendam dan sakit hati. Benci dan benci pada lelaki sialan itu. Berharap suatu hari dapat membalas dengan mengoyak dan mencincang hati pria penghianat itu. Biar tahu rasa!
Tapi berbeda dengan Atun, dan itulah yang membuat saya kagum, ia walaupun diliputi kekecewaan yang amat sangat, tetapi masih bersikap tenang. Mundur sejenak dan berusaha ikhlas. Mengadu dan memohon kekuatan untuk menghadapi cobaan ini kepada Tuhan.
"Aku harus kuat dan bangkit. Tidak boleh terlena menerima nasib!" Begitu Atun bertekad pada dirinya.
Kemudian dengan dibantu adik-adik dan dukungan mitranya di luar negeri, Atun memutar kembali roda usahanya yang sempat terhenti. Dengan motivasi yang tinggi, perlahan tapi pasti, Atun dapat berdiri tegak kembali tanpa menyimpan sakit hati.
Kini dalam kesendirian bersama anak semata wayang buah hatinya, Atun dapat meraih kembali kebahagiaannya. Baginya masa lalu itu menjadi kenangan indah untuk senyumnya hari ini. Atun selalu yakin, seberat apapun cobaan hidup yang harus dihadapi, jangan berputus asa, tetapi percayalah dalam doa dan berusaha bangkit kembali. Sebab Tuhan akan menopang dengan kedua tangannya.
Atun, senyummu sungguh cerah hari ini, semoga engkau mau membagikan kisah ini pada wanita-wanita yang lain.
"Jadikanlah kepahitan masa lalu, untuk menikmati senyum manis hari ini!" Pesan inspiratif darimu yang akan kuingat selalu. Masih ada yang tertinggal pesannya,"Maafkanlah, siapapun yang telah menyakitimu. Relakan kebencian itu menyingkir dari dirimu untuk kelegaan hatimu.
Baiklah Atun, terimakasih ya atas inspirasimu hari ini buatku dan buat wanita-wanita yang mau membuka hati akan kisah ini.