Ajaran tanpa kata-kata, seringkali lebih bermakna daripada sejuta kata!
Sekian lama belajar bersama Sang Guru, sungguh membuat aku harus banyak meneladani sikap dan perilaku hidupnya. Membuat setiap orang di dekatnya mau belajar dari nilai-nilai kehidupan yang dijalaninya.
Sosok Sang Guru adalah kebenaran dan kebaikan itu sendiri. Karena kebenaran dan kebaikan itu telah tercermin dari lakunya yang berbudi luhur. Ibarat berdiri, Sang Guru telah bisa berdiri tegak, sehingga layak untuk menegakkan orang lain.Â
Ibarat pandangannya telah lurus, sehingga pantas untuk meluruskan orang lain. Hatinya telah bersih, sehingga kebersihan hatinya bisa menyejukkan setiap yang berjumpa dengannya. Belum sempurna memang, namun selalu ada ketulusan di dalamnya.
Suaranya lemah-lembut namun mengandung energi yang luar untuk membangkitkan. Gerak-gerik begitu halus dan teratur. Wajah welas asih tercermin dari senyuman yang alami berasal dari hati. Begitu alami setiap apa yang dilakukannya.
Darinya begitu banyak aku belajar kebaikan dan kebenaran dalam setiap perilaku sehari-hari yang seringkali aku abaikan. Berbicara dan bertingkah laku yang santun dan penuh hormat kepada orang lain.Â
Cara duduk yang penuh kewibawaan dan tenang. Dalam bersikap sungguh berkharisma. Langkah-langkah kaki yang ringan dan tidak sembarangan. Bak pahlawan kehidupan.
Sang Guru hanya berpesan, "Jadilah teladan dalam tingkah lakumu. Karena itu adalah pengajaran yang melebihi kata-kata kebaikan dan kebaikan itu sendiri!"Â
Ketika di meja makan pun Sang Guru tetap mengajarkan kebenaran. Sikap makannya menunjukkan Sang Guru begitu khusuk menyantap makanannya. Penuh kesadaran dan selalu dihabiskan tanpa tersisa.Â
Setiap hari menyantap nasi selalu dalam porsi yang sama dari waktu ke waktu. Apapun yang dihidangkan lauk-pauknya tak akan pernah mengubah seleranya. Sang Guru, hanya menyantap sayur-sayuran demi tidak ingin menyakiti makhluk lain.
Setiap aktivitas adalah ritual meditasi baginya. Setiap apa yang dilakukan dalam kendali kesadaran. Hawa positif selalu dialirkan dari ketulusan hatinya. Aku begitu mengagumi Sang Guru, yang tanpa kata-kata pun telah mengajarkan banyak hal kepadaku. Bahwa kebenaran tak harus dikatakan melalui kata-kata.
Aku menjadi malu bila harus bercermin padanya. Sebab aku hanya bisa tahu akan kebenaran dan kebaikan, tetapi masih belum sepenuhnya diwujudkan dalam perilaku keseharian seperti Sang Guru. Sang Guru mengatakan kebenaran dan kebaikan karena telah mampu melakukan dalam kehidupan nyata. Sedangkan aku baru sanggup mengatakan dan belum tentu bisa melakukannya.
Sang Guru berkata, "Waspadalah dalam berperilaku, baik kata-kata maupun perbuatan, layaknya berjalan di pinggir jurang yang licin. Kewaspadaan membuatmu tidak mudah tergelincir dan kemudian terjatuh!"
Kemarin dan hari ini, aku berusaha meneladani Sang Guru. Aku duduk dalam sunyi menerawangi kebenaran dan kebaikan yang ada pada sosok Sang Guru. Â Bagai aliran udara segar mengalir deras memenuhi perutku dalam tarikan nafas energi alam semesta.Â
Walaupun belum sempurna, tetapi ketulusan hati Sang Guru, telah begitu banyak menggugah hati anak manusia, dari kejahatan menjadi kebaikan.
Sungguh Sang Guru, menjadi teladan bagiku, yang rela mengabdikan seluruh hidupnya demik pelayanan kepada umat manusia yang membutuhkan. Rela untuk tidak berkeluarga dan meninggalkan materi duniawi yang menggoda.Â
Rela meninggalkan kebesaran egonya. Baginya seluruh umat manusia adalah keluarganya dan dimana bumi berpijak adalah rumahnya. Tentu tidak setiap orang sanggup melakukannya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H