Didalam tubuh yang tampak mulus dan indah, sadarkah kita ada berapa banyak kekotoran yang yang hitam dan bau yang tersimpan? Adakah kita merasakan kerisihan?
*
Suatu hari si kecil bertanya,"Papi, sampah itu bau, kan???!
"Iya! Kenapa?" Tanya saya balik.
"Kalau kita kentut bau gak?" Tanyanya lagi.
"Ya bau dong!" Jawab saya.
"Kalau orang eek, bau gak?" Tanyanya semakin membuat penasaran.
"Biasanya bau! Kok dede tanya terus sih? Ada apa?"
"Iya, papi, semua yang bau-bau itu kan ada didalam badan kita! Berarti badan kita ini tempat sampah dong?!"
Ia melanjutkan,"Terus papi kan pernah marah-marah, itu kan sampai juga! Kalau benci orang, itu juga sampah.
Jadi dalam badan kita banyak sampah!"
*
Wah, wah, benar juga kalau dipikir. Bahwa tubuh kita yang begitu kita sayang dan banggakan. Yang tampak mulus dan bersih. Ternyata didalamnya menyimpan begitu banyak kekotoran.
Di hampir semua bagian luar juga terdapat kekotoran. Di lubang telinga, hidung, mulut, dan juga dalam setiap pori-pori tubuh kita terdapat kotoran. Sadarkah kita, daki adalah kotoran yang setia menemani.
Belum lagi kotoran yang tidak terlihat tapi bisa dirasakan.
Kotoran kemarahan, kebencian, keserakahan, kepahitan, kemalasan, dan kedengkian adalah sampah-sampah setia sepanjang waktu di dalam tubuh kita.
Kita manusia memiliki akal budi dan kearifan. Tetapi seringkali tak bisa membedakan sampah mana yang lebih penting untuk dibersihkan.
Bila ada kotoran yang menempel pada tubuh, kita begitu terganggu dan merasa tidak nyaman, sehingga segera membersihkan. Tetapi kotoran-kotoran tidak terlihat yang berada didalam tubuh malah terasa nyaman. Tak terusik untuk segera membersihkannya. Bahkan begitu rela mempertahankannya. Lebih memilih memperindah tubuh luarnya daripada mendandani hati yang ada didalam tubuhnya.
Inilah yang dikatakan manusia pintar hidup dalam kebodohan.
Mungkin kita sebagai manusia tak menyadari tersesat dalam kepintaran. Karena kepintaran kita tidak mengerti lagi antara yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan. Tidak tahu lagi mana kebenaran dan mana pembenaran.
Dalam perputaran dunia yang semakin kacau, kekotoran hati manusia semakin menumpuk dan mengeruh. Semakin sulit untuk dibersihkan. Yang tragis adalah bila kita tidak menyadari.
Tetapi berbahagialah bila ada diantara kita masih memiliki kesadaran untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di hati!