Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Percaya dengan Kebodohan Saya!

8 Oktober 2010   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kepintaran bukanlah Kepintaran dan kebodohan bukanlah kebodohan. Pintar-pintar tapi bodoh dan bodoh-bodoh tapi pintar.
Yang manakah saya ini?
*

"Pak, kalau dilihat dari tulisan-tulisan bapak, sepertinya bapak banyak tahu ya tentang isi kitab-kitab suci dan banyak membaca buku filsafat?!" Tanya seseorang itu dalam rasa penasaran.

"Maaf, tidak juga! Bahkan tak ada satu ayatpun yang bisa saya hafal diluar kepala dan tak satupun buku filsafat yang pernah saya baca!" Saya mencoba untuk bicara sejujurnya.

"Ah, bapak pasti merendah!" Masih bicara dalam rasa penasaran.

"Loh, apanya yang mau merendah? Kenyataannya memang demikian!" Saya mencoba menyakinkan.

"Pak, saya kan bukan orang bodoh, yang mudah percaya dengan omongan, bapak! Dari tulisan-tulisan bapak saya bisa membaca banyak kebenaran yang berhubungan dengan kitab suci dan filsafat!" Seseorang itu masih penasaran dan sok pintar.

"Nah, oleh sebab itu juga, janganlah mudah percaya dengan kebenaran-kebenaran yang saya tuliskan. Karena semua berasal dari kebodohan saya! Saya hanya menulis berdasarkan kebodohan dari kedalaman hati!" Demikian saya meyakinkan.

"Hah?! Menulis dari kebodohan? Ah, ada-ada saja, bapak ini!" Masih dalam nada tidak percaya dan wajah yang sedikit cemberut.

"Ya, itulah kebenarannya!" Saya tersenyum penuh makna.

"Ah, jadi sebenarnya siapa yang bodoh ya?!" Menggerutu bingung penuh tanya.

Semoga tidak membodohi diri sendiri dengan kebodohan-kebodohan yang banyak terdapat disekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun