Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pak Kondektur, Terima Kasih!!!

4 November 2009   05:48 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:16 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Kalau soal mengucapkan terima kasih, itu sudah kebiasaan sehari-hari yang tak pernah dilupakan. 

Sampai tiap hari saya pun tak bosan untuk mengajarkan kepada anak saya yang masih kecil, karena seringkali ia masih suka lupa, padahal begitu sederhana. 

Tetapi belum lama ini saat perjalanan pulang dari luar kota, ucapan terima kasih ini saya rasa harus ditambahkan lagi, yaitu pada kondektur bus, yang jarang saya lakukan. Apa perlunya juga? 

Tapi saya harus melakukannya, karena saat mau turun bukankah ia akan membukakan pintu dan itu pantas diberikan ucapan terima kasih. 

Memang sederhana, tapi besar manfaatnya. Benar saja saat saya mau turun saya dengan nada suara yang bersahabat , berkata, "Terima kasih, pak! " 

Saya langsung mendapat jawaban yang bersahabat juga, "Sama-sama , pak. Hati-hati! "

Belum sampai disitu, karena untuk sampai ke rumah saya pun harus naik ojek lagi, biasanya dengan tarif lima ribu saja, tapi kali ini plus kata terima kasih plus senyuman. 

Rasanya hati ini lega sekali bisa melakukannya hal yang begitu sederhana ini bagi orang lain. 

Nah, begitu sampai dirumah baru saya sadar, ternyata ada barang yang tertinggal dalam bus yang saya tumpangi tadi, tidak begitu berharga tapi sangat diperlukan untuk contoh barang yang mau diperlihatkan ke customer. 

Wah, celaka duabelas nih pikir saya. Saya segera menyusul ke terminal dan mencari kendaraan tadi, oh ternyata masih ada dan barangnya juga masih ada di dalam bus. 

Saya hanya berpikir mungkin karena tadi saya sedikit melakukan ketulusan, maka masih dilindungi kemujuran. Rasanya bukan kebetulan. 

Tetapi, sebenarnya saya tak memikirkan hal ini sebelumnya, karena memang saya tetap akan melakukannya bukan untuk mencari keberuntungan, tapi hanya untuk belajar lebih menghargai orang lain. 

Jangan mentang-mentang sudah bayar, apa perlunya lagi kata terima kasih lagi. Kenapa repot begitu? 

Apa salahnya, memang sudah dibayar, dan itu memang upahnya, tapi apa ruginya kalau kita tambahkan lagi sebuah kata mukjizat, terima kasih! 

Bukan sekedar basa-basi, tapi benar-benar sebuah kata ungkapan dari hati. 

Memang, kelihatan sederhana dan tak ada artinya, tapi saya merasakan masih banyak yang tak bisa melakukannya atau gengsi untuk mengucapkannya. 

Kurang kerjaan kali ya, kalau pembantu yang kerjanya masak, saat mau makan mesti terima kasih sama dia. 

Tak usahlah yah, mungkin kita akan komplain begitu. Tapi kalau kita bisa melakukannya, pasti kita akan mendapatkan manfaat yang luar biasa tentang kerendahan hati. 

Karena kerendahan hati tidak akan membuat kita menjadi rendah tetapi justru membuat kita ditinggikan. 

Seringkali kita menyepelekan hal-hal yang kecil dalam hidup sehari-hari yang seharusnya menjadi kesempatan untuk pembelajaran, kita tidak dapat belajar apa-apa. 

Mengucapkan terima kasih hanyalah salah satu contoh kecil saja. Masih banyak hal-hal yang sederhana dan kecil yang bisa kita lakukan yang membawa manfaat yang besar. 

Misalnya, tersenyum, membuang sampah pada tempatnya, selalu menghabiskan makanan dan minuman, menggunakan lampu/listrik seperlunya, menyeberang pada jembatan penyeberangang dll. 

Mungkin selama ini kita tidak peduli dan itu tidak cocok bagi kita yang sudah hidup modern. Tapi tak ada salahnya kita mau merenungkan sedikit saja tentang hal-hal yang sederhana ini.

 Kita mungkin bisa melakukan hal-hal yang besar, jadi pengusaha sukses, punya kedudukan tinggi, dan terkenal, tapi kalau tak bisa melakukan hal yang kecil, mengucapkan terima kasih pada seorang office boy yang telah menolong, misalnya. 

Kualitas kebesaranmu atau kesuksesanmu sebagai manusia masih jadi pertanyaan. Sungguh, rasanya saya lebih memilih bisa melakukan hal-hal yang kecil saja tapi membawa manfaat yang besar. Dibandingkan daripada bisa melakukan hal-hal besar tapi kecil manfaatnya atau bahkan tak bermanfaat bagi hidup ini. 

Jalan hidup ini kita punya hal untuk memilih ke mana mau pergi kita yang menentukan sendiri. 

Pilihan saya sekarang hanya ingin mengucapkan terima kasih karena punya kesempatan menuliskan hal ini! 

Terima KASIH!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun