Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Malu

14 Maret 2014   05:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan malu-malu saya mulai menulis: Berhubungan dengan perilaku manusia saat ini yang tidak malu melakukan hal yang memalukan dengan kemaluannya ada yang mengatakan bahwa urat majunya sudah putus! Periksa punya masing-masing. Ngomong-ngomong memang malu ada uratnya ya?

Tidak Malu Melakukan Hal yang Memalukan

Fenomena jaman sekarang manusia  tidak lagi segan dan kehilangan rasa malu melakukan hal yang tak sepantasnya. Padahal perbuatan memalukan tersebut tidak hanya akan mempermalukan dirinya sendiri tetapi juga orangtua atau keluarganya dan bahkan agama yang dianutnya.

Seperti ada pejabat yang kedudukannya terhormat dan diberi amanat untuk mengurus uang rakyat sudah dengan sumpah jabatan segala. Tapi tidak malu malah sebagian dicuri untuk kepentingan sendiri dan menumpuk kekayaan.

Dana bantuan sosial atau keagamaan tanpa malu disunat juga demi untuk kebutuhan pribadi. Termasuk dana bencana yang sangat dibutuhkan yang sedang kesusahan.

Tidak sedikit pula yang begitu menyepelekan janji yang telah diucapkannya. Padahal janji itu adalah utang. Apalagi janjinya sudah bawa-bawa nama Tuhan.Andaikan ada rasa malu pasti akan malu melakukannya.

Demi keuntungan atau menafkahi keluarga harus dengan jurus omong kosong dan menipu. Bahkan dengan embel-embel agama. Kenapa tidak ada rasa malu?

Inilah adalah contoh soal yang bukan rahasia lagi. Karena sudah menjadi keseharian. Yang masih rahasia adalah  kita masing-masing, bisa saja diam-diam pun kita  melakukan hal yang memalukan sebab sudah kebiasaan dan yang pasti masih manusia.

Membuang sampah sembarangan. Padahal tempatnya di rumah ibadah atau di ruang publik. Baru selesai bersujud pada Tuhan di tempat yang suci, belum beranjak jauh sudah mulai bergosip ria atau berbohong. Mengumpat dan mencaci di tempat umum bak jagoan.

Lagi khusyuk-khusyuknya menyembah Sang Pencipta malah berimajinasi pada wanita seksi yang baru ditemui. Kalau yang begini tak usah malu kali? Kan tak ada yang melihat? Benarkah?

Sebenarnya banyak hal memalukan lainnya yang sudah  tidak malu dilakukan lagi. Tapi yang diingat itu saya banget sepertinya. Sekali lagi sepertinya!

Penyalahgunaan Kemaluan

Soal yang satu ini benar-benar tak kalah bahayanya dengan penyalahgunaan obat terlarang. Menggunakan kemaluan dengan tidak semestinya bisa dikatakan termasuk penyalahgunaan alat terlarang loh.

Namanya alat terlarang semestinya tidak digunakan sembarangan. Tapi sudah berapa banyak yang sembarangan digunakan tanpa malu-malu. Tidak saja oleh yang sudah tua-tua. Tapi yang muda-muda juga tak mau kalah. Bahaya.

Yang membahayakan juga adalah penyalahgunaan alat terlarang ini dalam bentuk dipamerkan dengan tidak malu oleh yang punya. Sebaliknya yang melihat pun tidak malu, sehingga nafsu jadi memburu. Ujung-ujungnya terjadi penyalahgunaan alat terlarang lagi. Kacau.

Malu pada Diri Sendiri

Pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki sifat malu. Sifat yang dapat menjadi manusia terhindar dari perbuatan memalukan.

Yang bisa menghindari kita dari perbuatan memalukan apabila kita bisa menggunakan sifat malu pada diri sendiri. Saya percaya ketika awal-awal kita melakukan hal yang memalukan pasti ada rasa malunya. Cuma lama-lama rasa malu itu semakin memudar.

Ketika hendak melakukan hal yang memalukan, bila kita tahu malu akan merasa sebagai manusia tidak pantas melakukannya. Dengan demikian perilaku memalukan dapat terhindari.

Selain memiliki rasa malu pada diri sendiri, tentu saja kita dapat melatih diri dengan malu kepada Sang Pencipta. Sebab di mana pun keberadaan kita dan melakukan apa saja di tempat tersembunyi sekalipun tak akan lepas dari pantauan-Nya.

AFIRMASI:

Tuhan, sadarkan kami agar memiliki sifat tahu akan malu, sehingga terhindar dari berbuat hal yang memalukan. Sadarkan kami untuk selalu menjaga kelakuan yang berhubungan dengan kemaluan kami, sehingga terhindar dari menyalahgunakannya.

@refleksihatimenerangidiri


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun