Ego kita lebih berperan dan menutupi kebenaran suara hati. Bahwa di atas segalanya adalah membela yang benar terlepas teman atau bukan. Jadi ingat kalimat: Bahwa kita semua bersaudara!
Karena semuanya teman, maka yang benar dibelah dan yang salah dirangkul. Bukan disalahkan. Apalagi disingkirkan atau dijadikan musuh. Kalaupun tidak bisa dirangkul, tidak sampai mengotori hati kita dengan kebencian.
Cerdas Membaca Tulisan
Ketidakcerdasan kita dalam membaca berita atau sebuah tulisan akan tergambar dari sikap atau komentar yang kita berikan. Misalnya, pada tulisan yang mengaku dizolimi kita memuji-muji keberanian penulisnya. Tapi ditulisan yang mengungkap kesalahan yang mengaku dizolimi kita berbalik menyalahkannya.
Di sini ada unsur perasaan yang di kedepankan, sehingga kita tidak menggunakan kecerdasan untuk meneliti dan mencari dahulu akan kebenaran sebuah tulisan. Tanpa sadar dalam hal ini kita dipermainkan perasaan dan terjebak dalam penghakiman atas satu hal yang tidak benar.
Apalagi pada jaman sekarang dalam kemajuan dunia internet. Di mana maraknya berkembang media sosial, siapa dan kapan saja bisa menerbitkan sebuah tulisan sesukanya tanpa dapat dicegah. Berita bohong dengan dukungan fakta kosong bertebaran setiap saat di hadapan kita. Semua tergantung bagaiaman kita menyikapinya.
Afirmasi:
Tuhan, semoga kami bukanlah orang-orang yang mudah merasa dizolimi dengan berkeluh-kesah dan mencari simpati ke sana-sini, sehingga tanpa kami sadari sesungguhnya kami termasuk yang suka menzolimi orang lain.
@refleksihatimeneranidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H