Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menolong

7 Mei 2014   20:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:45 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Para relawan itu akan membagikan keperluan sehari-hari untuk para penduduk yang sedang terkena musibah. Untuk itu barang-barang bantuan perlu dibungkus dalam satu paket, sehingga diperlukan banyak relawan. Penduduk setempat dikerahkan untuk membantu. Salah satunya ada seorang anak yang datang membantu dari pagi sampai sore. Dari raut wajahnya tidak ada tampak rasa lelah, malah sangat cerah.

Apa sebab? Ia mengatakan bahwa ia tidak merasa lelah setelah seharian membantu. Menurutnya ia justru merasa senang karena bisa ambil bagian untuk menolong orang-orang yang terkena bencana.

Kenapa bisa senang? Yang pasti ia tidak berbeban ketika hendak membantu, sehingga bisa melakukan pekerjaan untuk menolong sesama yang terkena bencana itu dengan lepas. Jadi bisa membantu orang yang sedang kesulitan dengan tulus itulah kebahagiaan.

Kita tidak heran bila melihat para relawan sosial (seperti dari Yayasan Tzu Chi) yang mau bersusah payah menolong sesamanya yang terkena bencana dan bahkan bukan hanya mengorbankan waktu dan tenaga, tapi juga rela mengeluarkan biaya sendiri. Karena ada kebahagiaan sejati yang dirasakan.

Bagi kita orang awam yang melihat bisa menilai apa yang mereka lakukan adalah hal bodoh. Namun sesungguhnya mereka adalah orang yang cerdas dan bijak. Berbuat baik tanpa pamrih.

Ketika Menolong dengan Berbeban

Lain halnya ketika kita mau memberikan pertolongan tapi di dalam hati ada pengharapan akan mendapat pamrih. Ini bisa menjadi semacam beban. Harap-harap cemas dan berpikir keras akan mendapat berapa imbalannya.

Ketika apa yang diharapkan ternyata tidak ada atau imbalan yang didapat tidak sesuai kehendak. Bisa dibayangkan, akan semacam berbeban yang tampak dari raut wajah yang berkerut dan lelah.

Kalau kita mau menolong dengan berharap pamrih dari manusia, pastinya akan ada kekecewaan di kemudian hari. Walau ada kesenangan ketika mendapat imbalan yang kita harapan. Tapi itu akan semakin menumbuhkan benih-benih keserakahan di dalam diri.

Ketika Menolong hanya Demi Kehendak Nurani

Namun ketika masih ada ketulusan dan mau menolong sesama semata-mata karena panggilan hati tanpa memikirkan pamrih, maka itu akan semakin mengasah ketulusan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun