Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Senja

10 Mei 2014   13:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apabila kelahiranku ibaratkan terbitnya mentari pagi di ufuk timur, maka saat itu entah berapa kehangatan yang tercipta. Yang pasti ayah dan ibu akan merasakan kehangatan harapan dan senyuman. Kakek dan nenek menatap dengan bahagia.

Ibaratkan matahari yang akan terus merambat meninggalkan pagi. Tetapi matahari akan selalu memberikan arti pada kehidupan. Petani yang menjemur gabah. Para ibu yang mengeringkan baju-baju keluarganya. Apakah aku sudah memberi arti bagi kehidupanku? Memberikan kehangatan dan senyuman seperti saat kelahiranku dulu!

Sampai pada akhirnya matahari akan mendekati cakrawala. Tandanya hari menjelang senja. Begitulah usiaku akan mencapai senja. Seperti halnya kehidupan, ketika senja tiba, anak-anak yang bermain akan segera pulang ke rumah sebelum gelap tiba. Orang-orang yang bekerja akan segera kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga.

Namun yang membedakan ada yang pulang penuh dengan senyuman dan kehangatan memeluk satu persatu keluarganya. Ada yang pulang dengan muka kusut dan pikiran penuh kesemberawutan. Ada yang penuh kecewa. Menakutkan.

Hari sudah senja. Apakah aku sudah untuk pulang ke rumah dengan senyuman dan memberikan kehangatan? Apakah aku hanya duduk menyesali masa lalu yang tak melakukan apa-apa bagi kehidupan?

Waktu tak dapat diputar kembali. Sebab akan terus berjalan meninggalkan masa lalu. Menyesali masa lalu hanyalah akan menjadikan hidupku semakin berbeban. Penyesalan akan menimbulkan luka. Lepaskanlah.

Selagi masih ada waktu, masih ada kesempatan. Mumpung masih senja, gelap belum tiba. Sehari pun berarti. Seperti saat kelahiranku. Sehari itu rumah penuh kehangatan. Semuanya bergembiran dan mengucap syukur.

Waktu masih tersisa. Tak boleh lagi disia-siakan. Waktu yang dibiarkan berlalu tanpa makna sama halnya tak berterima kasih dan bersyukur atas penciptaanku di dunia ini.

katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun