Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mahfud

30 Mei 2014   18:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pembenaran Mengalahkan Kebenaran

Sejujurnya dari banyaknya peperangan batin yang terjadi, saya berani mengatakan pembenaran - pembenaran dari pikiran dan si ego yang menjadi pemenang. Hati nurani terpaksa mengalah. Bagaimana dengan Anda? Semoga tidak seperti saya yang lebih sering menjadi pecundang!

Ketika untuk membantu seseorang karena dorongan suara hati. Namun tiba - tiba muncul pikiran yang merayu,"Jangan sok membantu deh, kamu sendiri masih kekurangan dan perlu dibantu."

Apalagi ada unsur kecewa dan sakit hati, maka pembenaran akan semakin merajalela. Pasti akan ada pembenaran yang hadir untuk menenggelamkan kebenaran.

Ketika ada kesempatan korupsi, awalnya nurani sudah wanti - wanti,"Jangan! Itu bukan hakmu." Muncul si ego,"Alah, jangan bicara hak deh. Itu bosmu pelit begitu dan gajimu kecil. Tidak ada salahnya kalau kamu ambil sebagian dan itu tak membuat bosmu jatuh miskin. Sikat!"

Pas waktu menunaikan kewajiban ibadah, tapi ada janji pertemuan bisnis. Tentu suara hati memerintahkan untuk menunaikan kewajiban dahulu. Sebab itu yang utama.  Apa daya, pikiran merayu,"Sudahlah, menghadap Tuhan masih bisa lain waktu. Tapi kesempatan bisnis ini kalau tidak diambil sekarang, tak ada kesempatan lagi."

Begitulah, seringkali kebenaran suara hati tak berdaya menghadapi kerasnya suara pembenaran yang datang dari segala arah. Kita kalah oleh diri kita sendiri.

Siapa yang Dapat Mengalahkan Dirinya Sendiri (si Ego) Itulah Pemenang Sejati

Itu sebabnya ada perkataan 'Siapa yang dapat mengalahkan dirinya sendiri  itulah pemenang yang sesungguhnya'. Diri dalam hal ini adalah keegoan bukan diri sejati.

Ada banyak orang yang bisa mengalahkan orang lain di dalam bisnis atau arena pertandingan olah raga atau dalam peperangan dengan bangganya.

Tetapi sungguh jarang yang mampu mengalahkan ego dirinya sendiri. Dalam dunia politik atau bisnis misalnya yang penuh dengan intrik dan kekurangan dengan menghalalkan segala cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun