Pembenaran Mengalahkan Kebenaran
Sejujurnya dari banyaknya peperangan batin yang terjadi, saya berani mengatakan pembenaran - pembenaran dari pikiran dan si ego yang menjadi pemenang. Hati nurani terpaksa mengalah. Bagaimana dengan Anda? Semoga tidak seperti saya yang lebih sering menjadi pecundang!
Ketika untuk membantu seseorang karena dorongan suara hati. Namun tiba - tiba muncul pikiran yang merayu,"Jangan sok membantu deh, kamu sendiri masih kekurangan dan perlu dibantu."
Apalagi ada unsur kecewa dan sakit hati, maka pembenaran akan semakin merajalela. Pasti akan ada pembenaran yang hadir untuk menenggelamkan kebenaran.
Ketika ada kesempatan korupsi, awalnya nurani sudah wanti - wanti,"Jangan! Itu bukan hakmu." Muncul si ego,"Alah, jangan bicara hak deh. Itu bosmu pelit begitu dan gajimu kecil. Tidak ada salahnya kalau kamu ambil sebagian dan itu tak membuat bosmu jatuh miskin. Sikat!"
Pas waktu menunaikan kewajiban ibadah, tapi ada janji pertemuan bisnis. Tentu suara hati memerintahkan untuk menunaikan kewajiban dahulu. Sebab itu yang utama. Apa daya, pikiran merayu,"Sudahlah, menghadap Tuhan masih bisa lain waktu. Tapi kesempatan bisnis ini kalau tidak diambil sekarang, tak ada kesempatan lagi."
Begitulah, seringkali kebenaran suara hati tak berdaya menghadapi kerasnya suara pembenaran yang datang dari segala arah. Kita kalah oleh diri kita sendiri.
Siapa yang Dapat Mengalahkan Dirinya Sendiri (si Ego) Itulah Pemenang Sejati
Itu sebabnya ada perkataan 'Siapa yang dapat mengalahkan dirinya sendiri itulah pemenang yang sesungguhnya'. Diri dalam hal ini adalah keegoan bukan diri sejati.
Ada banyak orang yang bisa mengalahkan orang lain di dalam bisnis atau arena pertandingan olah raga atau dalam peperangan dengan bangganya.
Tetapi sungguh jarang yang mampu mengalahkan ego dirinya sendiri. Dalam dunia politik atau bisnis misalnya yang penuh dengan intrik dan kekurangan dengan menghalalkan segala cara.