Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Biji

6 Juni 2014   18:11 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita membayangkan dalam satu biji yang sedemikian kecil di dalamnya terkandung batang, dahan, daun dan begitu banyak buah? Ya, ketika satu biji bibit ditanam, maka kelak akan tumbuh batang yang kokoh dengan dahan - dahan yang rindang serta buah yang mencapai ratusan bahkan ribuan biji. Dari satu biji cabai akan menghasilkan ribuan cabai. Bayangkan dari ribuan cabai itu akan menghasilkan berapa buah cabai lagi?

Tidak Meremehkan Hal yang Kecil

Sadar atau tidak sadar kita terbiasa meremehkan hal - hal yang yang kecil. Padahal dari hal yang kecil itu akan menghasilkan hal yang besar. Setetes demi setetes air bisa menembus batu. Berapa banyak bahan bakar minyak yang bisa dikumpulkan dalam sebulan bila setetes demi setetes di SPBU yang terbuang dikumpulkan setiap hari?

Tanpa pikir panjang betapa mudahnya kita menyia - nyiakan nasi sebiji atau dua biji yang ada di piring makan kita tanpa perlu merasa bersalah dengan jerih payah petani menghasilkannya. Padahal ada yang dengan bersusah payah mengumpulkan biji demi biji beras untuk menjadi penganjal perutnya.

Betapa mudahnya juga kita meninggalkan air minum yang masih tersisa tanpa pernah berpikir begitu berharganya setetes air ketika berada di padang pasir. Bahkan seorang raja sampai rela menukarkan separuh kerajaannya demi untuk mendapat seteguk air.

Sama juga dengan waktu kita yang bernilai yang sedikit demi sedikit hilang dengan percuma atau malah disia - siakan untuk hal yang hina. Padahal waktu yang ada bisa sangat berguna untuk menanam biji - biji kebaikan demi masa yang akan datang.

Biji - Biji Kebaikan

Sebenarnya sudah lama tahu dengan betapa berharga satu biji padi, gandum rambutan. Tetapi ketika dalam diam membayangkan, bahwa dalam satu biji yang begitu kecil bisa tumbuh satu pohon besar, dahan - dahan yang banyak dan bahkan buah yang tak terhitung. Ada rasa takjub. Luar biasa. Ini tak bisa diremehkan.

Lalu saya berpikir, ini sama halnya dengan biji  kebaikan yang akan kita semai dalam kehidupan. Bila saja kita sadar setiap saat untuk menanam biji  kebaikan yang ada pada setiap orang yang kita temui, maka biji kebaikan pun akan bisa tumbuh dan berbuah kelak. Ini yang tak terpikirkan sebelumnya.

Inilah yang dikatakan bahwa setiap biji kebaikan yang kita tanam akan berbuah dari waktu ke waktu selagi buahnya bermanfaat bagi orang lain. Sebuah tulisan atau satu nasihat yang baik misalnya yang kita semaikan pada saat dan lahan yang tepat, pasti akan memberikan buah pada waktunya.

Dengan apa yang kita miliki: hati, pikiran, dan apa yang kita miliki pada tubuh ini semuanya bisa menjadi biji kebaikan melalui kata - kata dan perbuatan.

Biji - Biji Kejahatan

Sebaliknya dengan kata - kata dan perbuatan kita pun memiliki kesempatan menyemaikan biji kejahatan yang meracuni kehidupan.

Tutur kata yang seenaknya, menyebarkan berita palsu atau fitnah, kata - kata kasar yang menyakitkan dan membunuh perasaan. Semua itu tentu akan berbuah juga pada waktunya dan kita pula yang akan memetik buahnya.

Pernahkah kita membayangkan akibat kata - kata menyakitkan kita bisa menimbulkan dendam dan hawa negatif dari dendam itu pada akhirnya akan menyerang diri kita dalam bentuk penyakit?

Bisa bayangkan bila di mana - mana kita menanam biji kejahatan dan kita tidak merasakan itu sebagai kesalahan, sehingga tidak ada rasa tobat. Bukankah buah dari biji kejahatan yang telah ditanam akan kita petik?

Mengapa dikatakan introspeksi diri atau melakukan pertobatan itu merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita? Sebab bisa jadi tanpa kita sadari kita telah menyemaikan biji - biji kejahatan di mana - mana. Apa jadinya kalau sampai tidak ada kesadaran untuk bertobat.

Ehmm..bisa - bisa urusan bertobat pun kini sudah menjadi hal yang diremehkan. Tetapi tidak perlu malu untuk melakukan walau dunia menertawakan!

Afirmasi :

Tuhan, semoga kami dalam keinsyafan untuk selalu ingat menanam biji - biji kebaikan dalam hidup kami di mana dan kepada siapa saja. Semoga kami juga selalu dalam keinsyafan untuk berintrospeksi diri, agar terhindar dari kesalahan tanpa menyadarinya.




katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun