Hati ini panas, panas dan panas. Emosi dan nafsu berkecamuk membuat pikiran tidak waras dan hati tidak awas. Pesta demokrasi memilih pemimpin jadi ajang saling tebas. Saling menjelekkan dan menyerang sambil tertawa lepas. Aku jadi sulit untuk bernafas dan ikut jadi tak waras.
Kehilangan Akal Sehat
Mendukung penuh kefanatikan membuatku kehilangan akal sehat untuk berlogika. Seperti sedang jatuh cinta rasa. Sang kekasih bagaikan malaikat saja. Tiada salahnya. Dipuja bak dewa. Membela dengan membabi buta.
Ketika calon dukunganku menjelekkan dan menghina saingannya di belakang, maka aku bilang itu keren. Pada saat memuji - muji lawannya di depan aku anggap itu elegan. Apa pun yang dilakukan jagoanku semuanya berkenan dan mendapat sanjungan.
Sebaliknya apa pun yang dilakukan calon yang tidak aku dukung dilihat dengan kesinisan. Yang baik akan aku anggap pencitraan. Apalagi yang jelek, itu pasti akan jadi bahan ledekan. Jadi bulan - bulanan dan tertawaan.
Semua visi dan misi calonku pasti baik dan akan menjadi kenyataan. Tetapi visi dan misi calon sebelah paling hanya pepesan kosong.
Aku yang mengakunya pintar gara - gara dukung - dukungan ini jadi kehilangan akal sehat. Apa yang aku lakukan seperti bukan diriku lagi. Kefanatikan dan kebencian telah membelengguku untuk tak dapat berpikir jernih.
Kemasukan Jin
Ketika nuraniku tertutup kegelapan nafsu dan kefanatikan, sepertinya jin telah memasuki tubuhku, sehingga aku tak bisa lagi berpikir dan menggunakan hati. Buktinya aku tak bisa lagi melihat sisi baik dari yang bukan calon dukunganku dengan jernih.
Aku juga tak bisa lagi bisa melihat sedikit pun ada kesalahan pada calon yang aku sukai. Padahal ketika waras aku paham sekali bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Pasti ada baik dan salahnya, tapi ...?
Tetapi tentu saja aku tak akan mengakui. Mau ditaruh di mana harga diri ini? Hari gini bisa kemasukkan jin itu pasti hanya ilusi. Aku pasti dengan bangga menyatakan bahwa aku sudah memilih dan mendukung dengan hati.