Itulah saya! Tanda - tanda bahwa jiwa ini sudah hampir layu. Artinya memang tiada pertumbuhan, justru keakuan yang berkembang subur. Bahkan mungkin jiwa ini hampir terkubur oleh kekotoran batin yang semakin menumpuk.
Jiwa - Jiwa yang Tak Bertumbuh
Menyaksikan keadaan masyarakat dunia saat inidengan jelas kita dapat melihat dan menyadari, bukan hanya diri ini yang jiwanya tak bertumbuh. Ada banyak di sekitar kehidupan. ini.
Di panggung kehidupan tanda - tanda jiwa yang tak bertumbuh merebaknya perilaku maksiat, menggunakan obat terlarang, saling menyerang, perkataan berbeda dengan perbuatan, mudahnya berkata kasar, api emosi diumbar, dan tidak punya rasa malu ada sebagian kecil dari tanda - tanda itu.
Tanda - tanda ini begitu mudah kita temukan. Tidak tersembunyi. Begitu nyata dari perilaku yang kita temui. Membuang sampah sembarangan dan berkendaraan semaunya dengan mengabaikan aturan. Perbuatan korupsi yang merajalela dan perselingkuhan menjadi hal biasa.
Berita - berita kebenaran yang sering kita baca dan dengar tak kuasa menyirami jiwa kita untuk bertumbuh subur, sehingga kehidupan kita bercahaya dan menjadi teladan. Sebab siraman kabar kebenaran itu tak sampai menyentuh jiwa. Sekadar numpang lewat dan berlalu. Bagaimana bisa menyuburkan jiwa kita kalau begitu?
Meminjam yang Palsu Membina yang Asli
Kabar menyedihkan oleh ketidakmengertian akan tujuan hidup. Pertumbuhan jiwa yang sejatinya menjadi prioritas malah terabaikan. Tubuh yang merupakan kepalsuan dari diri kita justru semakin bertumbuh subur.
Anak - anak yang idealnya masih polos jiwanya sudah terkontaminasi. Apalagi ditambah oleh orangtua yang lebih mengutamakan pertumbuhan tubuhnya. Urusan pertumbuhan jiwa nomor sekian.
Kita juga bisa melihat para remaja pun lebih memilih berlomba - lomba dalam menghiasi tubuhnya dengan baju dan kosmetik untuk menambah kepercayaan diri menarik perhatian.
Secara umum kita memang lebih memperhatikan pertumbuhan raga ini. Kita lebih malu dengan tubuh kita yang kotor dan tak terurus. Namun kita masih dengan bangga tampil walau dengan jiwa yang sudah layu dan bersisik. Miris menung. Gara - gara lebih mengutamakan tubuh fisik kita melalaikan tubuh jiwa kita.