Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertumbuh

18 Juni 2014   02:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:19 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Itulah saya! Tanda - tanda bahwa jiwa ini sudah hampir layu. Artinya memang tiada pertumbuhan, justru keakuan yang berkembang subur. Bahkan mungkin jiwa ini hampir terkubur oleh kekotoran batin yang semakin menumpuk.

Jiwa - Jiwa yang Tak Bertumbuh

Menyaksikan keadaan masyarakat dunia saat inidengan jelas kita dapat melihat dan menyadari, bukan hanya diri ini yang jiwanya tak bertumbuh. Ada banyak di sekitar kehidupan. ini.

Di panggung kehidupan tanda - tanda jiwa yang tak bertumbuh merebaknya perilaku maksiat, menggunakan obat terlarang, saling menyerang, perkataan berbeda dengan perbuatan, mudahnya berkata kasar, api emosi diumbar, dan  tidak punya rasa malu ada sebagian kecil dari tanda - tanda itu.

Tanda - tanda ini begitu mudah kita temukan. Tidak tersembunyi. Begitu nyata dari perilaku yang kita temui. Membuang sampah sembarangan dan berkendaraan semaunya dengan mengabaikan aturan. Perbuatan korupsi yang merajalela dan perselingkuhan menjadi hal biasa.

Berita - berita kebenaran yang sering kita baca dan dengar tak kuasa menyirami jiwa kita untuk bertumbuh subur, sehingga kehidupan kita bercahaya dan menjadi teladan. Sebab siraman kabar kebenaran itu tak sampai menyentuh jiwa. Sekadar numpang lewat dan berlalu. Bagaimana bisa menyuburkan jiwa kita kalau begitu?

Meminjam yang Palsu Membina yang Asli

Kabar menyedihkan oleh ketidakmengertian akan tujuan hidup. Pertumbuhan jiwa yang sejatinya menjadi prioritas malah terabaikan. Tubuh yang merupakan kepalsuan dari diri kita justru semakin bertumbuh subur.

Anak - anak yang idealnya masih polos jiwanya sudah terkontaminasi. Apalagi ditambah oleh orangtua yang lebih mengutamakan pertumbuhan tubuhnya. Urusan pertumbuhan jiwa nomor sekian.

Kita juga bisa melihat para remaja pun lebih memilih berlomba  - lomba dalam menghiasi tubuhnya dengan baju dan kosmetik untuk menambah kepercayaan diri menarik perhatian.

Secara umum kita memang lebih memperhatikan pertumbuhan raga ini. Kita lebih malu dengan tubuh kita yang kotor dan tak terurus. Namun kita masih dengan bangga tampil walau dengan jiwa yang sudah layu dan bersisik. Miris menung. Gara - gara lebih mengutamakan tubuh fisik kita melalaikan tubuh jiwa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun