Kehidupan selalu memberikan pengajaran dan memberikan pilihan kepada kita. Mau mengambil setiap pembelajaran yang ada demi meningkatkan kualitas hidup atau tidak itu adalah pilihan kita masing - masing. Tidak ada yang bisa mendikte kita dan tidak ada yang bisa juga mengambil alih tanggung jawab atas pilihan hidup kita.
Setiap dari diri kita adalah tanggung jawab kita sendiri dan hari ini kita wajib mengingatkan diri sendiri akan tanggung jawab dan pilihan kita dalam hidup ini. Hari ini saya menemukan pembelajaran hidup dari beberapa peristiwa yang terjadi. Mungkin sudah basi kejadiannya sebab selalu berulang kembali hal - hal seperti ini. Namun tetap selalu menjadi berharga apabila kita mau menghargainya.
Pembenci dan Pengasih
Para pembenci melihat kesalahan seseorang walau sekecil biji labu akan tampak sebesar Gunung Semeru, sehingga menjadi penghakiman dengan segala pembenarannya.
Tetapi para pengasih akan melihat kesalahan sebesar Gunung Semeru itu bagaikan kesalahan sekecil biji labu, sehingga ia akan berdoa dalam kebenarannya.
Para pembenci akan bekerja keras menemukan kesalahan - kesalahan orang lain untuk dijadikan bahan olok - olok di antara sekian banyak kebaikannya. Sebab ia akan menutup diri untuk melihat kebaikan dari orang yang dibencinya.
Sementara para pengasih akan berusaha sekuat tenaga dan sepenuh hati mencari - cari kebaikan orang lain di antara banyak kesalahannya. Karena ia selalu membuka mata hatinya untuk melihat kebaikan orang lain dalam kasihnya.
Kemunafikan
Mereka yang tak belajar agama dan tak beribadah banyak melakukan kesalahan bisa dimaklumi karena tak mengerti kebenaran dan kebaikan. Tetapi orang - orang yang beragama dan setiap saat beribadah dalam Nama Tuhan masih juga melanggar kebenaran dan mengabaikan kebaikan. Apakah ini bukan kemunafikan, mengabaikan kebaikan dan kebenaran hatinya?
Ajaran Kebenaran mengajarkan agar kita lebih baik melihat kebaikan orang lain dan menyembunyikan kesalahannya. Namun kenyataannya justru kita lebih bangga membongkarkan kejelekkan seseorang dan menyembunyikan kebaikannya dengan pembenaran - pembenaran. Bukankah ini kemunafikan dengan menyembunyikan kebenaran dan menutupinya dengan pembenaran?
Pada kenyataannya kita begitu mengagungkan Tuhan dan memuliakan Para Nabi karena Firman dan ajaran kebenarannya yang akan menyucikan hati dan pikiran kita pada kebaikan dan kebenaran. Dalam kekhusyukan kita memuja - muji Tuhan dan Para Nabi dalam linangan air mata merasakan kehadiran - Nya.
Namun di lain waktu kita tak segan berkelakuan layaknya setan seakan Tuhan ada jauh di sana tak mungkin akan melihat apa yang kita lakukan. Ketika di hadapan Tuhan dalam rumah ibadah kita memuja setinggi langit ke tujuh. Tetapi pada saat dalam kesunyian kita mencampakkan - Nya dalam perilaku.
Maling Teriak Maling
Hari - hari ini kita dapat melihat ada orang yang suka berteriak - teriak sampai bergema ke seluruh negeri bahwa orang lain melakukan kecurangan. Padahal diri sendiri pun melakukan kecurangan dan sampai - sampai untuk membuktikan kecurangan yang dituduhkan harus dengan melakukan kecurangan pula.
Biasanya orang yang suka berteriak lain orang lain curang, sesungguhnya ia sendiri sangat paham dengan kecurangan karena sudah ahli melakukannya. Ia akan diam seribu bahasa ketika kecurangan yang dilakukannya memberikan kemenangan. Ia akan berpesta dan bersuka cita dalam kecurangannya.
Sebaliknya bila kecurangan itu tidak memberikan kemenangan, maka ia akan berteriak ke mana - mana sebagai pembelaan dan mengemis untuk mendapatkan kemenangan. Bukankah ini maling teriak maling namanya?
Paling Benar dan Baik
Satu keangkuhan manusia yang langgeng sampai kini adalah selalu merasa dirinya paling baik dan benar. Tak heran paling jago menghakimi sesamanya melangkahi wewenang Tuhan.
Ini bukan omong kosong, sebab begitu mudahnya kita menemukan dalam keseharian. Saya bisa membuktikan contoh yang paling jelas, lihatlah pada diri kita sendiri dan bertanyalah. Temukan jawaban yang paling jujur di dasar hati. Namun sekali lagi, keangkuhan akan sekuat tenaga menutupi kebenaran ini.
Seorang manusia model saya yang bodoh dan penuh dosa pun tak merasa bersalah untuk membodoh - bodohi seorang presiden yang notabene jauh lebih pintar dari saya dan berani menunjuk kesalahan - kesalahan para ahli agama yang jelas - jelas lebih baik dan benar dari diri ini. Keberanian yang ada tak lebih karena merasa paling benar dan baik. Itu saja kelebihan saya!
Afirmasi :
Tuhan, semoga kesadaran ini masih ada dan pelita hati masih menyala untuk menerangi jalan hidup kami dalam lorong - lorong gelap yang semakin gelap ini, sehingga kami tidak tersesat dan berjalan semakin jauh dari hakekat kehidupan ini. Semoga tidak terjerumus semakin dalam menjadi makhluk yang penuh kemunafikan dan merasa paling baik dan benar.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H