Demi mengikuti arus kehidupan kesederhanaan menjadi masa lalu. Kita tidak mampu menjaga kesucian hati dengan menolak hidup sederhana untuk lebih memilih menyeleweng kepada gaya hidup berfoya - foya dan untuk memperolehnya kita melakukan dengan penyelewengan pula. Klop sudah.
Pilihan hidup sederhana seringkali datangnya karena keterpaksaan oleh keadaan. Namun dalam keadaan normal godaan warna - warni dunia lebih menarik dan memaksakan diri untuk menyeleweng dari kewajaran oleh nafsu - nafsu keinginan.
Tahu Malu
Kita sungguh akrab dengan perkataan 'urut malunya sudah putus'. Ya karena realitanya di antara kita seakan tidak punya rasa malu lagi. Tidak malu melakukan hal yang memalukan dalam berperilaku. Tidak malu - malu memamerkan kemaluannya. Tidak malu pada leluhur, anak cucu, dan Sang Pencipta tentunya.
Ada pula yang sudah melakukan hal yang memalukan tapi tidak malu - malu menunjukkan dirinya seakan tidak punya rasa malu. Bukankah memalukan? Malah menantang 'buat apa malu'?
Bila masih punya sifat tahu malu kita pasti akan merasa malu untuk berbuat hal yang memalukan. Sebab akan ada rasa risih yang menyertai. Ada penolakan yang keras dari dalam diri.
Begitulah dunia yang sudah kehilangan sifat tahu malu, tidak malu berbuat hal yang memalukan tetapi malah malu - malu apabila berbuat yang tidak memalukan. Tidak malu lagi pada cecak di dinding atau semut merah ketika melakukan hal yang memalukan.
Afirmasi :
Tuhan, maafkan kami atas diri yang sudah kehilangan budi pekerti dalam keseharian karena kami lebih tergoda kepada keduniawian yang lebih menyesatkan daripada teguh kepada panggilan hati dalam kebenaran. Semoga kesadaran yang masih tersisa ini membuat kami menghentikan langkah dan kembali berpaling ke dalam diri membina hati dan laku berbudi pekerti.
katedrarajawen@refleksihatimenerangidiri