Mohon tunggu...
Kate Van Brekeley
Kate Van Brekeley Mohon Tunggu... -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

kisah putus cinta (episode cinta rangkat #41)

26 Desember 2010   09:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:23 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

cinta . . . ada. . . bersemi. . . putus . . . biasa…dan…

sebuah kepastian telah dijatuhkan, walaupun sulit pilihan haruslah ada, demi tidak bermasalah.
kate van brekeeley bisa mengambil kesimpulan, walau uleng tidak tegas mengatakan untuk lebih memilih paman arif. namun energi cinta yang ada memang dapat dirasakan bukan untuknya lagi. berjiwa besar dan melapangkan dada adalah sebuah pilihan juga.

hidup memang seringkali tak sesuai rencana dan kehendak. sebab perjalanan waktu dan jodoh dapat merubah segalanya. bayangan tentang kebahagiaan bersama uleng membesarkan anak-anaknya yang lucu, lenyap sudah dalam sekejab.
apakah semua harus disesali kate?

tidak! demikian kate membatin. terlalu lemah, hanya karena cinta seorang wanita menjadi lupa segalanya. kate masih dalam ketegaran walaupun harus menghadapi kenyataan dan rasa yang pahit. uleng berpaling darinya oleh sebuah perpisahan. tak ada yang perlu dipersalahkan. tetapi kate menerima semua dengan senyuman.

cinta yang pernah berlabuh akan segera menjadi kenangan. kasih sayang yang pernah tumbuh mungkin akan segera menjauh oleh keadaan.
rindu yang pernah ada, akan segera menjadi semu karena telah ada yang terpilih.

apakah akan menjadi kenangan yang indah atau suram dalam perjalanan cinta kate van brekeeley?

atas kisah kasihnya yang tak berlanjut, kate tetap memutuskan untuk berlibur menghabiskan waktu di desa rangkat. menikmati sisa-sisa kerinduannya.

dalam waktu yang bersamaan mas hans yang cintanya diputus pemy, berdurja muram.
bayangan untuk siap-siap belah durian_seperti pengakuannya_ sirna menjadi siap-siap mengasah belati. semua gara-gara lelaki berinisial "r" katanya.

sore itu mas hans sengaja datang ke vila dimana kate menginap untuk curhat. sebab mas hans juga tahu, kate sedang putus cinta. jadi senasib sepenanggungan karena cinta.

"silahkan duduk, mas hans." kate menyambut kedatangan tamunya di teras depan.

"maaf, bang kate, dengar-dengar sudah tidak jalan lagi sama uleng ya?" mas hans langsung menginterogasi.

"kok tahu?" kate senyum-senyum menanggapi.

"sama bang, aku juga baru diputus pacarku si pemi!"
mas hans tak tahan untuk segera curhat.
"wanita memang gitu ya, bang kate? tidak setia kalau sudah ada lirikan!"

"tidak juga loh mas hans, jangan memvonis begitu. toh kita juga masih berhak untuk mencari, kan?! biarlah mereka memilih pelabuhan cintanya, tak perlu dikekang dan dipaksakan."
kata-kata kalem mengalir dari bibir kate.
sedikit menenangkan hati mas hans yang sedang panas dan mendidih.

"pantas saja, bang kate kelihatan masih santai dan tenang, padahal baru putus cinta sama uleng."

"begitulah, mas, saya selalu santai menghadapi keadaan. mas hans mau temani?"

"kenapa?"

"minum kopi di kedainya budi sambil menghibur hati hehehe . . . "

"boleh, boleh. . . boleh. kebetulan nanti malam tidak ada tugas!" mas hans dengan ceria menerima tawaran kate.

"loh, tugas apa, mas?" tanya kate sedikit heran.

"tugas jaga malamlah. memang tugas apalagi?" jawab mas hans agak-agak heran.

"kirain dapat tugas jaga janda baru itu. siapa namanya?" kate menebak-nebak.

"mbak nissa? kok tahu?"

saat itulah muncul gadis mungil manis si pendatang baru di desa rangkat, venus yang tampak malu-malu.

"mbak ve, mau kemana?" sapa mas hans.

"eh, pak hansip. mau jalan-jalan menikmati suasana desa. sekalian mau ketemu abang kate!"

"loh?" mas hans bingung dan kate senyum-senyum.

akhirnya mereka bertiga menuju ke kedai kopi budi van boil bersama.
*

loh? memang ve sudah kenal dengan kate? lantas mengapa mencari kate?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun