Lalu, mengapa saya yang memiliki kelengkapan indera menjadi tidak tawakkal pada-Nya dan seringkali berburuk sangka; padahal keempat orang tuna netra dalam bus TJ dan bapak buta di Masjidil Haram bisa demikian yakin walaupun Allah menutup salah satu indera mereka?
Masya Allah... Astaghfirullah...
Jika mereka yang tidak diberi cahaya bisa begitu yakin akan sampai di tujuan; mengapa kadangkala saya menangis putus asa saat banyak hambatan merintangi jalan saya?
Alhamdulillah... Walaupun di Matraman saya akhirnya berpisah tanpa pamit dengan empat guru saya; perjalanan keempatnya yang entah kemana telah mengajarkan saya, betapa nikmatnya memiliki sepasang mata; sekaligus betapa Maha Kuasa-Nya Allah Azza wa Jalla...
Pada akhirnya, Maha Benar-lah Allah saat menyuruh kita, 'Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang MENCIPTAKAN'. Allah menyuruh kita membaca, bukan hanya secara harfiah; tetapi juga secara metafora. Membaca alam dan ciptaan-Nya, membaca sekeliling seputaran, membaca lingkungan, membaca manusia, membaca segalanya. Karena hanya dengan nama-Nya yang Maha Menciptakan; hati kita menyala dan bercahaya.
Wallahu a'lam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H