Mohon tunggu...
Shinta Galuh
Shinta Galuh Mohon Tunggu... -

Seorang Muslimah, menikmati pekerjaan barunya sebagai dosen ilmu komunikasi, pecinta buku, suka sejarah, psikologi populer, dunia parenting, fashion dan buah-buahan. \r\n\r\nBerdoa untuk suatu hari, saat saya menjadi seorang ibu, bunda, ummi, apapun namanya, dari anak-anak saya. ^__^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

4L4Y: Coba Kita Kaji Lagi...

14 Oktober 2010   00:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pikir sangat menarik untuk dikaji lebih jauh dalam sebuah penelitian tentang perilaku '4L4y' di kalangan muda (atau sok muda he...) serta identitas, nilai-nilai yang mereka anut serta lawannya, orang-orang yang mengaku 'anti alay' dan sangat takut dibilang '4L4y'.

Sumpah, tadinya saya nggak tau sama sekali alay tuh apa. Udah ketuaan dan nggak ada waktu ngurusin gituan pula. Mendingan saya ngurusin suami, sama sekalian ngurusin badan deh... Ha! Sampai seorang teman bertanya, "tau alay nggak sih?". Saya menggeleng. "Gw juga ngga tau, tapi kayaknya alay tuh yang norak-norak gitu deh. Yang kalo nulis gede kecil, susah dibaca...". Ooh... Yaya... saya mulai mencirikan beberapa orang yang saya kenal yang menulis seperti 'iTho3'. Hahahaha... Believe it or not, saya juga dulu, jaman muda begitu nulisnya. GeDe KeCiL... Enak aja, variatif. Haha... Saya lupa kapan tepatnya saya berhenti. Seinget saya, dulu, Papa, Mama, dan Om Tante saya protes dengan SMS yang GeDe KeCiL begitu sehingga agak irritating mungkin. Hehehe... Sampai sekarang pun kadang masih suka terbawa di tulisan tangan saya. GeDe KeCiL.

Penasaran saya googling tentang alay ini. Dan membacalah saya tentang ciri-ciri orang alay di banyak blog, entah siapa yang memulai. Saya tertawa, sekaligus sedih karena sangat diskriminatif. Sungguh, jika ada di antara pembaca notes saya yang pernah membuat kriteria itu, saya rasa anda telah berdosa, mengkotak-kotakkan orang seperti itu.

Orang yang disebut alay identik dengan orang 'norak' dari 'pinggiran', berambut 'gordyn' ala kangen band, (dan kenapa ya yang terbayang di saya saat baca itu kok mereka yang hobi nonton acara2 musik pagi-pagi, gegayaan, jojogetan, jejeritan di kamera, jejepretin artis-artis...). Bahkan dalam sebuah blog disebutkan 'anak-anak madrasah'. Damn! Norak banget dy, temen2 sy yang anak madrasah pinter-pinter dan menjadi sarjana dari berbagai universitas negeri di Indonesia lho!

Yang lebih lucu, seorang ABG dalam blognya menyebutkan ciri-ciri orang alay itu 'hobi make jaket / SWITER padahal nggak dingin', di poin lain dia mengatakan bahwa anak alay itu 'sok sok bahasa inggris tapi nggak ngerti'. HAHA... anak itu mungkin secara tidak sengaja telah menjadi 4L4y... Di blog itu saya komen. Tapi saya yakin sih nggak akan ditampilin. Iseng aja pengen komen. Saya komen begini,

"yakin lw bukan alay? Lain kali klw mo nulis bahasa Inggris belajar dulu yang bener. Sweater itu bacanya sweater bukan switer. Gula kaleee switer... "

yah semacam itulah, saya juga udah lupa... Lucu aja! Dy bilang alay itu seperti itu. Tapi dy sendiri ngga ngerti ejaan bahasa Inggris yang disempurnakan (?!) tapi sok sok mengindonesiakan bahasa Inggris. Salah lagi.

Oia, di blog FS seorang ABG tentang ciri-ciri alay, seseorang juga berkomentar begini,

"hahahahah, fortunatelly gw ga masuk di kriteria yg lw tulis diatas. i’m proud of being myself.
untung di SMA gw (sma gw dulu) adalah sma swasta yg bagus. bukan sekolah DIGIT yg isinya orang2 norak + senioritas. wkwkwkkwkwkwk. piss!
thx infonya. btw, tambahin tuh. orang alay = ke sekolah aja dandan kek badut + suka genjet adek kelas. dan untuk yg kuliahan, orang alay itu orang yg suaranya toa alias brisik. "

Tersinggung dong daku. maksudnya sekolah digit apa ya? Sekolah negeri? Anak ini entah dy hidup di antah berantah mana dan jadi apa sekarang. Tapi sy juga dulu di sekolah negeri, one of the best in Indonesia. Anak-anaknya mungkin nggak borju kaya sekolah swasta, nggak hobi jalan-jalan ke mall, nggak ngerti ngebedain Guess asli dengan Guess-per; tapi mereka anak baik, belajar dengan sangat rajin, dapet beasiswa dan PMDK di universitas negeri terbaik di Indonesia, nggak nyusahin orang tua dengan tuntutan gadget2 terbaru... Sekolah 'digit', klw benar itu refers to sekolah negeri, mungkin memang bukan anak-anak yang dianterjemput mobil; atau diperhitungkan dalam jagat socialite Ibukota, tapi setidaknya mereka tidak mendiskriminasikan manusia. Lagian, sekolah 'digit' hari gini juga isinya anak-anak elite juga kok.

Emang sih, kadang terasa irritating menemukan orang yang menulis 'dengan susah payah' seperti orang-orang yang disebut alay. Atau melihat rambut gordyn yang nutupin separo mata. Kalo gondrong kaya Kenshin Himura... hehe... Atau melihat sekumpulan bocah super begeng naik di atas kereta atau di Kopaja dalam rangka mendukung tim sepakbola tertentu...yahh... hal-hal yang kadang menggelitik saya untuk berkomentar," emaknya kemana ya?" atau "emangnya keren ya kaya gitu?". Orang dekat saya malah berkomentar pahit, "bocah-bocah nggak guna..." Tapi saya berusaha untuk melihat diri saya saat SMP-SMA-Kuliah dulu... Mungkin dalam beberapa hal saya juga sangat irritating bagi orang lain. Tapi namanya juga ABG. Pengen show off, pengen mencari diri sendiri dan kerena itu bergabung di kelompok tertentu untuk mencari kesamaan, mencari identitas diri... Saya juga dulu punya geng yang klw diinget-inget namanya norak banget. Haha...

buat saya, selama mereka, the so called 'alay' ini nggak mengganggu dan nggak menyandu; kenapa juga dipermasalahin? Semua orang punya sisi norak, dan pasti pernah norak.

Saya jadi inget Malcolm X, dan betapa noraknya dia di masa muda dulu dengan gaya jalan yang dibuat-buat dan rambut yang dimerahin hanya demi 'sedikit saja menjadi tidak kelihatan negro'. Tapi Malcolm X sekarang dan selamanya, akan selalu dikenang, dikagumi dan menjadi pahlawan bagi sebagian orang.

Kok jadi kemana-mana ya... Sebenarnya awalnya saya mau bilang kalau fenomena itu yang konon kabarnya berawal dari Kangen Band menunjukkan banyak hal. Ada imitasi dari sebagian remaja dari status ekonomi lemah terhadap sosok yang dianggapnya bisa bangkit dari kemiskinan, yaitu Kangen Band ini. Kemarahan (atau mungkin kesirikan), penghinaan sebagian orang kepada Kangen Band atau kepada anak-anak alay, dari mereka yang mengkategorikan diri tidak norak (baca: elite) buat saya menunjukkan adanya penolakan akan kesamaan status dan keberadaan mereka sebagai diri yang mapan, memiliki uang banyak mungkin lebih banyak dari mereka yang menghina-hina; karena asal muasal mereka dari strata ekonomi yang berbeda. Hal ini berarti ada suatu 'ideologi', ada pandangan yang dianut remaja-remaja ini tentang 'ketidaknorakan' dan meyakini itu sebagai kebenaran.

Saya juga ngga tau sih, apakah yang nggak norak atau yang nggak elite itu berarti nggak ngedengerin Kangen Band, Wali Band, atau ST 12? Tapi kalau memang itu kriterianya, berarti saya, Papa saya, dan suami saya norak banget dong. Saya sangat suka satu lagu Kangen Band, karena liriknya sangat dalem. Walaupun saya biasa aja sama Wali band atau ST 12, tapi saya, suami saya, dan papa saya cukup menikmati kok. Di kuping norak saya,mereka lebih baik daripada seorang artis ABG yang suaranya keliatan banget hasil editan studio.

Yah begitulah tulisan saya yang nggak jelas ini... Apabila anda merasa 4L4Y, jangan khawatir, itu cuma tetangga anda yang sok elite aja yang bilang. Nggak masuk neraka kok jadi 4L4Y...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun